Sunday, November 21, 2010

Persembahan Spesial

<<< gerakan bisnis eksekskutif kreatif indonesia >>>

Juni 1991 saya pergi ke Lombok Timur untuk suatu tugas dari bos tempat saya bekerja untuk menagih hutang bisnis, pada salah satu kolega bisnisnya. Dari kota Malang yang ada di Jawa aku menggunakan perjalanan darat sampai ke Banyuwangi lalu menyeberang ke Bali dan dilanjutkan perjalanan darat lagi hingga ke Padang Bai yang ada di pantai timur bali, kemudian menyeberang lagi hingga ke Lembar di pulau Lombok, setelah itu aku masih harus menggunakan jalan darat lagi hingga ke Desa Mamben Kecamatan Aikmel di ujung Timur pulau Lombok. Setelah kurang lebih 40 jam dalam perjalanan aku tiba di rumah Haji Mochtar, kolega bosku yang berhutang tersebut.

Setelah berbasa-basi sejenak dengan Haji Mochtar, beliau mempersilahkan aku untuk beristirahat terlebih dahulu. Karena memang capek akupun berterima kasih sekali. Untukku disediakan kamar yang cukup besar bersebelahan dengan kamar tidur utama tempat tidur Haji Mochtar. Cukup mewah untuk ukuran rumah desa, selain cukup luas bersih dan nyaman. Siang itu aku tidur cukup nyenyak setelah dua hari diguncang kendaraan dalam perjalanan dari Jawa hingga ke Lombok.

Sore harinya aku bangun dalam keadaan segar, keluar dari kamar kulihat duduk di beranda sambil menghisap rokok. Melihat aku keluar dari kamar, Haji Mochtar menyambutku lalu memperkenalkan aku dengan anggota keluarganya ; Masmah istrinya, Yati janda almarhum kakak Haji Mochtar yang juga kolegaku di Malang serta lima anak Haji Mochtar dan empat anak Yati. Setelah berbasa-basi sejenak Haji Mochtar menawarkan aku untuk mandi di sungai. Walaupun di rumah Haji Mochtar ada kamar mandi, namun keluarga itu masih senang mandi di sungai, lebih segar katanya. Karena belum pernah mandi di sungai, aku jadi tertarik juga.

Ternyata sungai tempat mandi yang tidak begitu jauh dari rumah Haji Mochtar itu tidak seperti sungai yang aku bayangkan, lebih tepatnya telaga menurutku bukan sungai. Air telaga itu jernih sekali hingga batu dan ikan yang ada di dasarpun tampak. Karena hari belum terlalu sore, belum tampak orang mandi di sana. Telaga itu di sekat menjadi tiga bagian dengan mempergunakan anyaman daun kelapa diatas air dan tumpukan batu dari pemukaan air hingga dasar sungai. Di sebelah paling hulu tempat mandi dewasa, demikian juga yang di tengah sedangkan di hilir yang airnya lebih dangkal untuk mandi anak-anak.

Melihat air telaga yang jernih aku jadi ingin segera mandi, karena masih sepi tanpa canggung aku melepas seluruh pakaianku dan segera masuk ke air. Segar juga rasanya mandi di sungai, ingin rasanya aku berlama-lama berendam. Haji Mochtarpun tampaknya juga mempunyai perasaan sepertiku.

Kurang lebih seperempat jam kami berendam aku mendengar ada suara beberapa perempuan datang ke tempat mandi kami, aku pikir tentunya bilik yang di tengah adalah untuk bilik pempuan karena tampak lebih rapat dan aku juga tidak tahu jalan masuknya. Aku tidak ambil pusing dengan suara perempuan yang datang, sambil berenang agak ke tengah aku memeriksa batu pembatas bilik, sebab aku penasaran kenapa batu yang di tengah nampak terputus kurang lebih satu meter panjangnya.

Sesekali aku menyelam agar tahu apakah batas tersebut memang tidak sampai ke dasar, setelah tahu batas tersebut memang terputus sampai ke dasar, aku segera kembali ke tepi karena ingin bertanya pada Haji Mochtar kenapa batas itu terputus. Sewaktu aku menyembul ke permukaan untuk mengambil nafas, aku mendapati pemandangan yang sangat mengejutkan ; ternyata di tepian di dekat aku meletakan bajuku, aku melihat beberapa perempuan sedang melepas baju, hendak mandi. Lebih terkejut lagi mereka nampak tidak terkejut sama sekali dan nampak biasa-biasa saja. Diantara perempuan-perempuan itu aku melihat Yati dan Masmah istri Haji Mochtar, sambil melepas celana dalam Masmah menyapaku yang masih di dalam air, “Segarkan pak, mandi di sungai?”

“I i i ya bu,” jawabku tergagap, sambil mataku tidak lepas dari bukit kecil di belahan pahanya yang ditumbuhi bulu yang lumayan lebat dan kasar. Melihat pemandangan seperti itu aku jadi belingsatan sendiri, penisku mulai mengembang karena pemandangan tersebut. Bagaimana tidak jika dalam jarak kurang dari 4 meter di depanku ada enam orang perempuan yang semuanya telanjang bulat.

Aku jadi berpikir apakah aku tadi terbawa arus waktu di bawah air hingga aku terseret ke bilik tengah ? namun anehnya kenapa para perempuan itu tidak terkejut? Dalam kegalauan seperti itu aku melihat Yati yang juga telah telanjang bulat segera menceburkan diri ke air dan berenang mendekatiku.

Nampaknya dia tahu apa yang tengah aku pikirkan. Setelah mencapai jarak kurang dari 1 meter dariku Yati berbicara pelan padaku, “Ndak usah bingung pak, disini kami mandi barengan, campur laki-laki dan perempuan. Kalau bapak mau lihat, lihat aja mereka juga ndak marah kok kalau diperhatikan.”
“Kalau suami mereka tahu bagaimana ?” tanyaku.
“Santai saja, sebab di sini wanita adalah konsumsi. Mereka tidak berhak marah. Itu yang disebelah kiri itu kan suaminya yang itu,” kata Yati sambil menunjuk seorang wanita yang tengah menggosok betisnya dengan batu.

Di tepian aku memperhatikan Masmah masih belum menceburkan diri ke air, dia asyik berbincang dengan seorang wanita. Nampaknya mereka berdua merasa kalau sedang aku perhatikan. Merasa diperhatikan seperti itu mereka sama sekali tidak merasa risih, bahkan mereka duduk pada sebuah batu yang letaknya lebih dekat denganku.

“Tidak usah ditutupi pak, kita semua di sini telanjang kok jadi ndak usah malu,” kata Yati sambil tangannya berusaha untuk menyingkirkan tanganku yang menutupi penisku.
“Kalau baru pertama mandi di sini pasti ngaceng,” kata Yati yang entah sengaja atau tidak menyentuh penisku.
“Pak Haji mana tanyaku ?” sambil berbisik.
“Mungkin di sebelah,” jawab Yati.
“Kalau begitu aku menyusul ke sebelah saja,” jawabku sambil berbalik.
“Jangan pak, nanti bisa dapat masalah, kalau masuk ke sana harus berpasangan,” jawab Yati pelan.
“Memang kenapa ?” tanyaku.
“Nanti aja ceriteranya di rumah, sekarang kita ke tepi saja, kalau masih malu keluar dari air duduk saja di batu itu,” jawab Yati, sambil menunjuk sebuah batu yang letaknya di dalam air kurang lebih satu meter dari tempat Masmah duduk. Aku masih bengong dan belum ada respon. Tiba-tiba Yati melakukan gerakan yang cukup mengejutkan aku, digenggamnya penisku lalu ditarik sambil berkata, “Ayo duduk di situ, capek nih berdiri terus.”
“I i iya,” jawabku tergagap karena masih asyik memperhatikan Masmah dan kawannya.
“Duduk situ saja pak, kalau malu keluar dari air,” kata Masmah sambil membetulkan duduknya lebih masuk ke air hingga pantatnya masuk ke air.

“Sudah duduk sini dulu saya mandi dulu,” kata Yati setelah sampai di batu yang dimaksud.
“Pak Theo kalau mau lihat jangan sungkan sebab disini bebas untuk melihat tapi haram untuk memegang,” kata Masmah sambil membenahi duduknya lebih mengangkang karena akan membersihkan selangkangannya, dalam posisi duduk seperti itu begitu nampak jelas belahan vagina Masmah yang berada kurang lebih satu meter di hadapanku. Melihat pemandangan seperti itu makin bertambah tegang saja penisku.

Tanpa kusadari ketiga wanita di depanku juga tengah asyik memperhatikan batang penisku yang makin mengembang, dan nampak mata mereka begitu horny memandang batang penisku di air yang jernih itu. Karena merasa tidak tahan lagi kulihat ketiga wanita dihadapanku itu mulai menggosok-gosok bibir vagina mereka dengan tangan, aku segera keluar dari air dan langsung meraih handukku yang tadi kuletakan diatas batu, lalu dengan cepat aku memakai celana dalam dan celana pendekku dengan tergesa-gesa.

“Saya duluan bu Yati, tolong pamitkan pak Haji. Mari bu Masmah saya udah kedinginan nih,” kata ku berbohong. sebenarnya aku ingin segera pulang untuk onani karena aku ingin segera menyalurkan hasratku dan tidak ada lawan untuk menyalurkan hasrat tersebut. Lagian aku belum terbiasa dengan pemandangan seperti tadi.
“Ya pak, segera kami menyusul”, jawab Masmah dan Yati hampir bersamaan.

Setibanya di rumah aku lansung masuk kamar dan melepaskan celana pendekku untuk segera melakukan onani, namun baru aku mengelus batang penisku sendiri, aku mendengar suara dari kamar Haji Mochtar, aku tak ambil pusing. baru aku mau melanjutkan aksiku, aku mendengar pintu tembusan yang menghubungkan kamarku dan kamar Haji Mochtar terbuka, tentu saja aku terkejut dan berusaha menutupi bagian bawah tubuhku yang tidak bercelana. Namun sekali lagi aku dibuat terkejut, dari arah pintu itu aku melihat Haji Mochtar bersama Masmah istrinya dan dua perempuan yang salah satunya tadi bertemu aku di sungai memasuki kamarku, lebih mengejutkan lagi mereka berlima dalam keadaan telanjang bulat.
Sambil tersenyum Haji Mochtar berkata,

“Maaf lho pak tadi di sungai saya tinggal sebab saya bertemu dia.” sambil menunjuk wanita di sebelahnya yang belum aku kenal sama sekali.
“Oh ndak apa-apa pak, toh saya bisa pulang sendiri,” jawabku.
Lalu Haji Mochtar berkata lagi, “Begini pak, bapak kan tamu saya.Disini ada adat tidak tertulis yang mewajibkan kami untuk menjamu bapak sepenuhnya termasuk meminjamkan istri kami sebagai teman tidur jika bapak menghendaki, seperti bapak menjamu kami kalau kami ke Jawa. Bedanya kalau di Jawa bapak tidak meminjamkan istri tapi bisa membelikan perempuan untuk kami, yang seperti itu disini tidak boleh karena itu zinah.”
“Jadi saya boleh nih pinjam bu Masmah untuk teman tidur saya malam ini,” tanyaku sembrono.
“O boleh pak, bukan hanya Masmah tapi juga kedelapan istri saya yang lain. Nanti mereka akan saya panggil ke sini semua dengan suami-suami mereka jika mau. O ya hampir lupa, kenalkan ini Hindun istri saya yang ke tiga,” kata Haji Mochtar sambil menunjuk wanita yang tadi bertemu aku di sungai. Perempuan itu lalu mendekatiku dan menjabat tanganku sambil berkata ;
“Hindun, tadi kita sudah bertemu di sungai kan.”
“Theo, ya tadi kita sudah ketemu,” jawabku.
“Dan ini Mukti, istri saya yang ke sembilan. Sementara ini istri termuda saya,” kata Haji Mochtar.
“Mukti,” Kata perempuan yang berusia kurang lebih 20 tahun itu menjabat tanganku sambil tersenyum.
“Theo,” sambil menyambut uluran tangannya.
“Nah sekarang pak Theo mau pilih siapa untuk menyalurkan hasrat pak Theo. Silahkan pilih, atau mau pakai ketiganya juga boleh. Tapi kalau bapak mau pakai kak Yati silahkan nego sendiri karena dia-kan bukan istri saya jadi saya tidak berhak untuk menawarkan, tapi karena kak Yati juga merupakan tuan rumah di rumah ini, kak yati juga wajib untuk menjamu pak Theo,” terang Haji Mochtar lagi.

“Sudah karena aku juga wajib untuk menjamu, maka sekarang aku putuskan aku yang akan menemani pak Theo tidur, lagian selama dua tahun aku ditinggal suamiku baru kali ini aku merasa terangsang melihat laki-laki telanjang. Masmah dan Hindun sekarang juga harus melayani pak Theo, karena tadi di sungai sudah bikin pak Theo ngaceng, jadi kalian berdua harus tanggung jawab. Haji Mochtar sekarang harus menunggui kami bermain supaya bisa belajar bagaimana seharusnya orang bersetubuh, jangan seperti laki-laki disini yang bisanya hanya bisa main diatas dan perempuan dibawah terlentang tanpa perlawanan. Mari kita mulai,” potong yati sambil langsung mendekatiku, seraya melepaskan selimut yang kubelitkan di pinggang karena aku tidak bercelana.

Setelah berhasil melepaskan selimut itu Yati memagut bibirku sambil berusaha melepaskan kaosku, setelah kaosku juga terlepas, Yati menoleh sambil berkata ;
“Kalian berempat perhatikan kami, biar bisa main lebih bagus.”
Setelah itu Yati lansung berjongkok dan memasukan penisku ke mulutnya, kulihat keempat orang di depanku terbeliak karena baru kali itu mereka melihat orang melakukan oral sex. Pada saat Yati melakukan oral sex padaku, kulambaikan tanganku memberi tanda agar Masmah mendekat. Setelah dekat denganku, lansung kutarik tangan Masmah agar lebih dekat denganku. Setelah itu kupeluk Masmah dan kupagut bibirnya, nampaknya Masmah belum pernah ciuman dengan cara seperti itu. Terpaksa aku ajarkan dia bagaimana harus memberikan perlawanan. Tak lama kemudian Masmah mulai bisa mengimbangi permainan mulutku di mulutnya. Pada saat Masmah mulai lancar memagut bibir, kulambai Hindun untuk mendekat, lalu aku berkata pada Masmah,

“Sekarang ibu coba berciuman dengan bu Hindun.”
Nampak canggung sekali Masmah dan Hindun melakukan perintahku, karena mereka belum pernah berciuman sesama wanita. Melihat hal itu, lalu kudorong tubuh masmah agar tidur terlentang di tepi Kasur dengan kaki menjuntai ke lantai. Kemudian akusuruh Hindun untuk tengkurap diatasnya untuk kembali mencumbui Masmah. Dalam posisi seperti itu, kurentangkan kaki Masmah agar selangkanganya membuka, lalu kujambak rambut Yati untuk melepaskan mulutnya dari penisku. Kemudian aku mmerangkak di lantai seraya mendekati selangkangan Masmah dan Hindun yang terbuka lebar. Dengan rakus lalu kubuka belahan vagina Masmah seraya memasukan ujung lidahku kedalam liang vaginanya.
“Ouuuugh, teeeerrrrrrrus phak Theoh,” Masmah menlenguh panjang sambil tangannya berusaha untuk meraih belakang kepalaku.

Sementara itu dari bawahku Yati telentang dan masih berusaha untuk mengoral penisku kembali. Tidak sampai sepuluh menit kemudian, aku merasa kedua perempuan di depanku mengenjang dan nampak cairan bening meleleh dari liang vagina mereka berdua, sambil mulut mereka menceracau ;
“Aaaaaduh kak, aku keluuuuuuuuuuuaaaaaaar,” racau Hindun.
“Aaaaaaaaaaku juuuuuughaaaaa,” timpal Masmah.
Aku menjilati seluruh cairan yang keluar dari kedua vagina itu hingga bersih, lalu berdiri dan kujambak rambut Yati untuk berdiri juga. Aku menoleh untuk melihat reaksi Haji Mochtar melihat itu.
“Lho kok berdiri terus, duduk situ kan nyaman pak,” kataku sambil menunjuk sofa yang terletak di seberang tempat tidur. Setelah Haji Mochtar dan Mukti duduk berdampingan di sofa itu, kusuruh Yati untuk meng-oral Haji Mochtar. Yati lalu membungkukkan badannya ke depan, sementara dari arah belakang aku berusaha untuk memasukan penisku kedalam vaginanya. Walaupun Yati seorang janda dengan empat anak, namun vaginanya masih terasa sangat sempit, apalagi dalam dua tahun menjanda tidak ada satu bendapun yang menerobosnya, agak sulit juga aku berusaha memasukkan penisku pada vagina yati yang sudah lumayan basah itu. Setelah menempel pada bibir vagina Yati yang kubuka dengan dua jariku, kutekan kuat-kuat pinggulku ke depan.

“Ouuuuuuuugh, ssssssssshh, aaaaaaaaah,” mulut Yati melenguh dan mendesis seperti orang kepedasan.
“Hhhhhhhh, hhhhhhhh, yeesssss,” timpalku saat batang penisku berhasil menerobos liang vagina Yati.
“Ouuuuuuugh aaaaaaah, eeeeeenaaaaak kaaak,” sambung Haji Mochtar, yang baru pertamakali itu merasakan oral sex.
Setelah kutahan beberapa saat, kutarik pinggulku ke belakang hingga penisku terlepas dari vagina Yati. Setelah penisku terlepas lalu kumasukkan lagi pada liang vagina Yati, demikian kuulangi hingga tiga kali.
“Ouuuuuuuugh, Ouuuuuuuugh,” desah Yati setiap kali penisku menembus bibir vaginanya.
Setelah aku merasa mantap posisiku, kupegang pinggul Yati yang cukup besar itu dengan kedua tanganku lalu kuayun maju mundur.

“Ouuuuuuuuuuughhhhh aaaaaaaah,” desah Yati dengan mulut penuh karena sedang mengulum penis Haji Mochtar.
“Aaaaaaaaah teeeeeeerus phak Theeo, eeeeeeenaaaaaakk,” lenguh Yati lagi.
“Auuuuuuuuuh aaawaass kaaak, aku hampir keluar !!!!!!!” pekik Haji Mochtar tertahan.
Mendengar itu Yati bukannya melepas penis Haji Mochtar, tapi malah mempergencar serangannya pada penis Haji Mochtar. Dikulumnya seluruh batang penis Haji Mochtar yang tidak begitu besar itu hingga sampai kepangkalnya, lalu Yati menggeleng kekiri dan kekanan dengan cepat sambil menghisap batang penis itu. Diperlakukan seperti itu Haji Mochtar semakin tak tahan, tubuhnya mulai mengejang dan mulutnya melenguh ;
“Aaaaaaawaaaaas kaaaaaaaak, aku keluarhhhhh !!!!”
“Sseerrrrrrrrrt, ssssssseeeeert,” penis Haji Mochtar memuntahkan lahar panasnya.
“Gllk, glek, aaaaaaah,” Yati menelan seluruh sperma Haji Mochtar yang tertumpah di mulutnya.
Tigapuluh detik kemudian kulihat Haji Mochtar lunglai tak berdaya, sementara Yati masih sibuk menjilati ujung penis Haji Mochtar.

“Ouuuuuugh sudah kak aku sudah tak tahan lagi, aakku suudaah taaak kuuuat,” erang Haji Mochtar, sambil menjambak rambut Yati, dan berusaha menjauhkan mulut Yati dari penisnya.
Melihat itu aku jadi kasihan juga dengan Haji Mochtar, lalu kutarik pinggul Yati yang dari tadi kupegang sambil berkata,
“Ganti posisi hhhhhh!”

Tanpa melepas penisku dari vagina Yati kutarik dia kebelakang lalu aku berjalan mundur berputar hingga kearah sofa, lalu aku duduk di sofa di sebelah mukti yang sedari tadi kulihat sibuk menggosok-gosok vaginanya dengan telapak tangannya sambil memperhatikan kami bertiga. Dengan posisi aku terduduk di sofa dan Yati berada diatasku dalam posisi membelakangiku, yati mulai beraksi dengan cara bergerak naik turun diatasku hingga penisku bergerak keluar-masuk dalam vaginanya. Tanganku tidak lagi memegangi pinggulnya tetapi kumainkan clitoris Yati dengan kedua tanganku. Kuperlakukan seperti itu Yati semakin tak tahan. Gerakannya makin cepat dan mulutnya menceracau dengan suara aneh yang cukup keras. Hingga dalam kamar terdengar gaduh oleh ceracau Yati, mungkin dari luar kamarpun terdengar cukup kuat.

“Ouuuuuugh, aaahh, sssssssh, aaaaku maaauu kheeluaaarh phaak Theooooooo !!!! pekik Yati sambil mempercepat gerakannya.
Tiba-tiba kurasakan tubuh Yati mengejang lalu menekan kuat-kuat pinggulnya ke bawah hingga seluruh batang penisku tertancap seluruhnya kedalam liang vagina Yati hingga terasa kepala penisku meenyentuh dinding rahim Yati.
“Oooooouuuuuuh aaaaaaah aaaaaahhhh,” pekik Yati.
“Ssreeeeeet, ssssseeeeeeeeerrrrrr, ssesseerrrrr,”aku merasa ada cairan kental hangat dari dalam vagina Yati mengguyur batang penisku. Cukup banyak juga cairan yang keluar dari dalam vagina Yati hingga berleleran membasahi pangkal pahaku.
“Hhhhhhhhh belum apa-apa sudah mbonjrot, nggak tanggung jawab kataku,” sambil berusaha mengintip Masmah dari bawah ketiak Yati. Masmah dan Hindun yang berada di tempat tidur dihadapan Yati nampak terbeliak melihat itu.
“ayo tanggung jawab!” kataku sambil mendorong tubuh Yati kesamping. Kemudian aku berdiri dan menyodorkan batang penisku kemulut Yati untuk dibersihkan. Dengan tubuh lunglai, Yati menerima sodoran penisku lalu dengan sisa tenaganya mulai menjilati batang penisku hingga bersih. Setelah bersih, aku lalu berjalan menuju tempat tidur untuk menuntaskan haratku dengan Masmah. Melihat itu Hindun lalu bangun dan hendak turun dari tempat tidur, tapi aku mencegahnya.
“Eit mau kemana ? kamu juga kan sudah dipinjamkan padaku oleh suamimu ?” tanyaku pada Hindun.
“Bukannya pak Theo mau main dengan kak Masmah ?” tanya Hindun bingung.
“Denganmu juga mari kita bermain bertiga,” jawabku.
“Iya pak saya juga pingin merasakan seperti Kak Yati tadi, memangnya bapak masih mampu ? lagipula giliran saya kan setelah Kak Masmah,” tanya Hindun bingung.

“Ngapain pakai ngantri kayak mau beli karcis bioskop saja, mari sini kuajari kalian main bertiga,” jawabku sambil memeluk belakang kepala Hindun agar tak lari dia. Kuberi Hindun ciuman di bibir, nampaknya Hindun sudah mulai tanggap dan memagut bibirku.

“Hebat baru belajar langsung bisa,” kataku memuji Hindun sambil melepaskan pagutan Hindun di bibirku.
Masmah masih terlentang di kasur, aku lalu tengkurap diatasnya lalu aku memagut bibirnya. Seperti Hindun, Masmah juga sudah cukup tanggap. Tiba-tiba aku merasakan tangan Masmah memegang batang penisku dan berusaha untuk membimbing penisku kearah selangkangannya.

“Eeeit, belum waktunya,” kataku sambil melepaskan pagutanku pada bibirnya.
“Kalian berdua duduk berdampingan di sini” kataku sambil berdiri ditengah-tengah tempat tidur. Setelah mereka berdua menuruti perintahku, kusodorkan penisku kearah mulut Masmah. Karena tadi Masmah sudah melihat apa yang telah dilakukan Yati, diapun mengerti yang kumau. Segera Masmah memegang batang penisku lalu mulai menjilatinya. Kujambak rambut ubun-ubun Masmah agar mulutnya terbuka, setelah Masmah membuka mulutnya, kumasukkan batang penisku kedalam mulutnya. Karena mulut Masmah agak, kecil terasa sesak penisku dalam mulutnya. Masmah hanya bisa mengakses penisku hingga sebatas helmnya saja.

Kutarik batang penisku dari mulut Masmah, lalu kusodorkan ke mulut Hindun yang nampak sudah tak sabar untuk menikmati batang penisku juga. Karena mulut Hindun lebih besar, terasa lebih longgar dan lebih panjang batang penisku yang bisa diaksesnya, meskipun tidak sampai setengah dari batang penisku yang bisa diaksesnya. Setelah merasa cukup menikmati mulut mereka berdua yang bergantian mengulum penisku, kudorong kepala Hindun kebelakang agar melepaskan batang penisku. Setelah itu kusuruh Hindun untuk terlentang dan Masmah menungging diatasnya dalam posisi 69. Mereka berdua nampak belum paham dengan perintahku.

Setelah kuajari Masmah dan Hindun untuk saling menjilati clitoris lawan mainnya, aku segara turun dari tempat tidur dan mendekati Mukti yang sudah belingsatan dari tadi.
“Ayo kamu juga harus belajar jadi penyiar !” kataku sambi berdiri diatas sofa, agar posisi penisku tepat didepan mulut Mukti.
“Mari pak, saya juga pingin merasakan jadi penyiar seperti kak Masmah dan kak Hindun,” kata Mukti. Mukti lalu memegang batang penisku dan mulai memainkan dengan ujung lidahnya, tiba tiba kudengar Yati berkata pada Haji Mochtar, katanya :
“Heh kamu tadi baru main dengan Mukti kan ?”
“Iya kak, memangnya kenapa ?” jawab Haji Mochtar.
“Sudah kamu bersihin belum ?” tanya Yati lagi.
“Belum kak, biasanya kan dia bersihin sendiri,” jawab Haji Mochtar lagi.
“Nggak tanggung jawab, maunya makai aja ndak mau membersihin. Ayo bersihin, nanti biar kalau dipakai pak Theo sudah bersih”, perintah Yati.
“Baik kak,” kat Haji Mochtar sambil bangkit berdiri lalu hendak melangkah pergi.
“Eeeee mau kemana kamu ?” Yati bertanya pada Haji Mochtar.
“Gimana sih, katanya suruh bersihin. ya mau ambil lap sama air,” jawab Haji Mochtar jengkel.
“Bodoh, tadi kan sudah diberi contoh sama pak theo, juga sama aku kan sudah kuberi contoh masak masih mau ambil lap ?” kata Yati.

“Sini lihat cara bersihinnya!” kata Yati sambil bangkit dari sofa lalu berlutut di lantai tepat dihadapan Mukti. Yati lalu membuka kedua kaki Mukti yang duduk dengan kaki rapat agar megangkang, setelah kedua kaki Mukti mengangkan lebar, Yati lalu menyerang pangkal paha Mukti dengan mempergunakan lidahnya. Diperlakukan seperti itu Mukti mulai mengerang,
“Aaaaarrggh,” suara Mukti tertahankarena mulutnya penuh dengan batang penisku.

Nampak Haji Mochtar mulai bangkit lagi gairahnya, batang penisnya nampak mulai bergerak untuk bangkit lagi. Dia lalu bergerak menuju belakang Yati untuk menirukan gerakan kakak iparnya itu pada vagina Yati. Dalam posisi setengah merangkak seperti itu tentulah pantat Yati yang cukup besar itu begitu mengundang nafsu untuk disetubuhi. Apalagi Haji Mochtar sudah memendam rasa untuk merasasakan vagina kakak iparnya itu sejak bertahun-tahun yang lalu. Sejak almarhum kakaknya masih hidup, tapi sayang Haji Mochtar tidak pernah berani untuk mengatakan keinginannya itu pada almarhum kakaknya. Padahal apabila dia berani untuk mengatakan pada almarhum pasti dipinjamkannya. Perlahan Haji Mochtar bangkit dari sofa lalu merangkak ke belakang Yati. Setelah wajahnya tepat di belakang pantat Yati, Haji Mochtar mulai menirukan gerakan lidah Yati pada vagina kakak iparnya itu. Mendapat serangan secara tiba-tiba tentu Yati terkejut, dia mulai mengerang ;
“Aaaaaaaah, baaaaaagusssssssss kamu beelajaar duuluu di puuunyakuuuuuuuuu.”
“Sluuurp, ya kak, begini khann ? sluuuuuuuuuurp,” jawab Haji Mochtar.
“Baaguuss, sesekarang kamu beersihiin punya Mukthii,” jawab Yati sambil menahan nikmat seraya berdiri. Yati lalu ikutan Mukti menjilati penisku.
“Sssssudaaah, rudal ku mauu tak khandangin dhuluu aaaaaaaah,” kataku sambil melompat turun dari sofa menuju ke tempat tidur.
“Kalian berdua selesaikan Haji Mochtar!!” perintahku pada Yati dan Mukti.
Sesampainya diatas tempat tidur, aku lalu mendekati Masmah dari arah belakang. Kuraih rambut Masmah yang panjang sepantat itu lalu kugulung agar tidak menggangu serangan yang telah kurencanakan pada Masmah. Tahu aku dekati Masmah dan Hindun berhenti bermain.
“Eee terus ndak boleh berhenti!” kataku pada mereka berdua.
Aku lalu meraih pantat Masmah yang sedang nungging diatas Hindun, kuarahkan batang penisku pada vaginanya yang tampak sempit diantara dua pantatnya yang tidak begitu besar itu.
“Bu Hindun ganti sasaran pada buah pelirku ya, sekalian tolong arahin rudal ini ke lubang bu Maasmah !” kataku memerintah Hindun sambil berdiri pada kedua lututku tepat dibelakang Masmah.
“Baaaaaik phaak,” jawab Hindun sambil meraih batang penisku.
“Auuuuuuuh, ssssssaakiit paaak,” erang Masmah karena baru sekali ini dia merasakan penis sebesar punyaku.
“Aaaaaaaaah, buukaaaaiiin bbbibirnya deengan jajarii bbu nDun”, sahutku sambil menarik pinggang Masmah agar penisku dapat masuk lebih dalam pada vaginanya.
“Auuuuuuuh, ssssssaakiit paaak susuudah paakk ndaaak kuuuat,” erang Masmah lebih lanjut.
Mendengar itu aku jadi lebih bernafsu untuk menghajar Masmah lebih lanjut, kutekan penisku kuat-kuat agar bisa masuk seluruhnya dalam vagina Masmah, lalu aku berhenti untuk memberikan kesempatan pada Masmah agar bisa beradaptasi dengan penis besarku. Sementara itu aku menoleh untuk melihat reaksi Haji Mochtar melihat istrinya kesakitan. Aku tidak melihat reaksi Haji Mochtar, karena dia sudah berganti posisi terlentang di lantai dan dua perempuan diatasnya berjongkok sambil berhadapan, Yati pada bagian bawah dan Mukti berjongkok di wajah Haji Mochtar yang tampak asyik menikmati vagina Mukti dengan lidahnya. Kurang lebih satu menit kubiarkan batang penisku diam dalam vagina Masmah, sementara kantung pelirku sesekali dihisap oleh hindun, lalu aku bertanya,
“Masih saakit bu Masmah ?”
“Ssssedikiiiit tataappppi eeeeenaaak phak,” jawab Masmah.
Mendapat jawaban seperti itu aku mulai menarik pantatku kebelakang perlahan lalu mendorongnya kedepan lagi.
“Auuuh, aaaaaah, aaaaaaaaaaa, aaaaaah,” erang Masmah setiap kali aku menekan batang penisku karena menabrak dinding rahimnya.
Semakin lama semakin licin lubang vagina Masmah semakin cepat pula gerakanku. Tak lama kemudian aku merasakan lobang vagina Masmah berdenyut, lalu kutekan penisku dalam-dalam pada vagina itu.
“Mmmmmmhhhhhh,mmmmaaaaaahhhhhh”, tiba-tiba Masmah mengerang tertahan karena mulutnya tersumbat vagina Hindun. Bersamaan dengan itu aku merasa ada cairan hangat yang menyembur penisku dari dalam vagina Masmah.
Bersamaan dengan itu Hindun mengejang sambil men jepit kepala Masmah dengan kedua pahanya. Mereka berdua orgasme hampir bersamaan. Setelah tubuh Masmah melemas, kucabut batang penisku, lalu kubalik posisi mereka berdua agar Hindun berada diatas Masmah. Sekarang Hindun dalam posisi nungging berada diatas Masmah. Aku lalu berpindah ke belakang Hindun dan mulai melakukan serangan yang sama seperti pada Masmah tadi. Vagina Hindun memang tidak sesempit Masmah jadi agak lebih mudah aku memasukan batang penisku pada vaginanya, apalagi ditunjang cairan yang begitu banyak dari dalam vagina memudahkan aku untuk menggoyang maju mundur. Namun demikian aku merasa vagina Hindun masih cukup sempit.
“Aaaaaaaaaah,aaaaaaah,” erang Hindun setiap kali aku menggerakkan pantatku kedepan dan kebelakang.
“Aaah hhhh uuuuuuuh aaaaaaaaaaaaah,” suara Yati yang sedang bermain di lantai dengan Haji Mochtar.
“Aaaaaaadddduuhh ppaaaaaak aaku keelluar laghiiiiii,” rintih Hindun sambil bandannya mengejang.
Tanpa memperdulikan rintihan Hindun kuayun pantatku lebih cepat, begitu nikmat rasanya vagina yang menyempit karena tubuh yang mengejang. Ditambah lagi dengan denyutan yang cukup kuat dalam lobang nikmat Hindun yang sedang orgasme. Kurang lebih satu menit kemudian tubuh Hindum melemas tak berdaya. Karena sudah tidak ada perlawanan dari kedua perempuan di bawahku, aku segera beranjak turun dari tempat tidur lalu menghampiri Mukti dari arah belakang.
Setiba di belakang Mukti, lalu kuangkat pantat perempuan itu hingga mencapai posisi merangkak. Dalam posisi seperti itu segera kutusukan batang penisku kedalam liang senggama Mukti yang sudah basah tersebut. Walaupun liang senggama Mukti sudah sangat basah sekali karena cairan nikmatnya sendiri yang bercampur dengan ludah Haji Mochtar. Meskipun lubang vagina Mukti sudah sangat basah dan licin, namun masih begitu terasa menggigit, karena walaupun Mukti sudah 5 tahun menikah dengan 5 laki-laki, namun Mukti belum pernah hamil apalagi melahirkan.
“Uuuuuugh, aaaahh, ssssss,” desah Mukti begitu merasakan batang penisku yang cukup besar menembus bibir vaginanya.
“Aaaaah,aaaaah,aaaaaaaaaaaah,” desah Mukti setiap kali aku mengayunkan pantatku maju mundur.
Kurang dari 5 menit kemudian aku merasakan tubuh Mukti mengejang dan mulutnya melenguh panjang,
“Uuuuuuughh ahhh !!!!” Mukti melenguh dan kurasakan ada cairan hangat yang menyembur penisku di dalam vagina Mukti. Beberapa detik kemudian aku merasakan tubuh Mukti melemas bagaikan kain basah. Merasa tidak akan ada perlawanan lagi dari Mukti, segera kucabut batang penisku yang masih tegak berdiri. Setelah kusingkirkan tubuh Mukti yang lemas, aku memandang ke sekeliling mencari lawan yang masih mampu untuk melayaniku melepaskan dorongan dari dalam tubuhku yang serasa mau meledak.
Dari empat perempuan yang ada, kulihat hanya Yati yang masih bertahan. Yati masih asyik naik turun diatas Haji Mochtar. Nampak gerakan Yati sudah sangat liar, menandakan dia sudah hampir orgasme untuk yang kesekian kalinya. Di bawah Yati kulihat Haji Mochtar dengan tubuh mengejang dan mulutnya mendengus seperti sapi yang sedang disembelih, nampaknya Haji Mochtar juga hampir ejakulasi. Segera kuhampiri Yati dari belakang, kutekan punggung Yati agar dia lebih mendekat ke tubuh Haji Mochtar. Yati yang sudah begitu berpengalaman melayani lebih dari satu laki-laki segera tanggap maksudku. Segera Yati menghentikan gerakannya dan memberikan kesempatan buatku untuk memasukkan batang penisku ke lubang anusnya. Tanpa membuang waktu segera kuarahkan batang penisku ke lubang anus Yati setelah kuludahi terlebih dahulu, lalu kutempelkan topi baja penisku pada bibir anus Yati. Dengan kedua tangan kubuka belahan pantat Yati agar lubang anusnya ikut terbuka. Perlahan tapi pasti aku mulai menekan batang penisku untuk menembus lubang anus Yati yang sudah tidak sempit lagi itu, namun karena sudah lebih dari dua tahun Yati tidak melakukan anal seks, lubang anusnya terasa sangat sempit sekali.
“Aaaaaauuuuuuuuuuuuh ssssssssaaakit, pepepelan phaaak,” rintih Yati menahan sakit dan nikmat.
Setelah berhasil masuk, kutahan sebentar batang penisku dalam lubang anus Yati, agar Yati dapat beradaptasi. Selang beberapa saat kemudian Yati mendesis seperti orang kepedasan,
“sssssh,sssssssssh,sssssssssssssh,” begitulah tanda Yati jika siap untuk penetrasi setiap kali main dengan dua lawan atau lebih. Dulu waktu Yati masih tinggal di Malang dan suaminya masih hidup, kami sering sekali main bersama bertiga bersama dengan almarhum suaminya dan pak Hendra bos kami. Mendapat serangan ganda seperti itu tak lama kemudian Yati mulai liar gerakannya, Yati menghentak maju mundur tak beraturan pertanda sudah hampir orgasme. Kulihat haji Mochtar yang berada di bawah juga semakin liar pertanda sudah hampir klimax, sementara akupun sudah hampir meledak. Pada kondisi seperti itu segera aku ambil komando ;
“Cabuuuuuuuuuut,” kataku sambil terengah.
“Uuuuuaaaaaaaaaaaaaaah,” sahut Yati sambil merangkak maju hingga kedua batang penis yang menusuknya terlepas.
segera setelah itu Yati bergeser dan merubah posisi duduk di sofa dengan kedua paha yang mengangkang, sehingga belahan vaginanya nampak merah merekah. Aku segera berdiri sambil mencekik batang penisku agar tidak memuntahkan spermaku yang serasa hampir meledak, kutengok Haji mochtar bingung dan batang penisnya nampak berkedut-kedut hendak menumpahkan sperma. Segera aku memberi komando ;
“Tahan pak Haji, cekik, jangan sampai muntah dulu. Berdiri pak,” kataku pada Haji Mochtar.
Meski bingung Haji Mochtar menurut saja pada perintahku, segera dia berdiri sambil mencekik batang penisnya sepertiku. Kutengok ketiga perempuan yang lain yang berada di kasur, apakah mereka masih menonton atau sudah terkapar. Ternyata ketiganya masih terkagum dengan permainan kami bertiga, melihat itu segera kulambaikan tanganku meminta mereka untuk mendekat, segera mereka bertiga beringsut dari tempat tidur lalu mendekati kami bertiga. Setelah dekat segera kucium Masmah di depan suaminya dan kubisikan di telinganya ; “Jilatin vagina Yati, biar dia orgasme lagi,” kataku di telinga Masmah.
“Ya pak, beres”‘ jawab Masmah.
Segera setelah itu aku melangkah maju dan menyodorkan batang penisku ke wajah Yati. Segera Yati menyambut batang penisku dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya telah menggenggam penis Haji Mochtar, lalu dibimbingnya kedua batang penis yang digenggamnya itu mengarah ke mulutnya. Setelah dekat dijilatnya topi baja penisku dan penis Haji Mochtar bergantian sambil diurut lembut pada batangnya. Pada saat tangan Yati bergerak untuk memberikan kocokan yang kedua batang penis Haji Mochtar berdenyut kuat, segera Yati menarik batang penis tersebut untuk memasuki rongga mulutnya yang telah terbuka lebar. Segera setelah topi baja Haji Mochtar menyentuh bibir Yati, menyemburlah cairan kental dari batang penis itu. Nampaknya Yati tidak mau menyia-nyiakan cairan Haji Mochtar itu, segera dikulumnya batang penis Haji Mochtar lalu dihisapnya kuat-kuat hingga tidak setetespun sperma yang tertumpah, semua ditelan oleh Yati sebagai obat awet muda, sementara itu tangan kanan Yati masih terus aktif mengocok batang penisku. Tak lama kemudian aku mulai merasakan kedutan pada batang penisku ;
“Uaaaaaaaah, aaku mau kkeluar nichhhhh,” racauku.
“Aaaku jughaaaaaa,” sahut Yati sambil mendorong tubuh Haji Mochtar ke belakang, lalu ganti memasukan batang penisku dalam mulutnya lalu Yati mulai menghisap batang penisku kuat-kuat,sambil mengocok batang penisku dengan tangannya, tak lebih dari sepuluh kocokan kemudian, batang penisku mengejang serta menyemburkan lahar panas yang sejak tadi kutahan,
“Uuuuaaaaaaaaaaahhhhh,hhhhhh,hhhhh,hhhhhh”,lenguhku saat lahar itu menyembur.
Pada saat yang sama dengan tangkas Yati menghisap batang penisku dengan kuat, hingga terasa Yati hampir menelan batang penisku kedalam kerongkongannya. Nampaknya serangan yang dilakukan Masmah dari bawah telah pula berhasil membuat Yati orgasme untuk yang kesekian kalinya.

Pada menit berikutnya kami berenam sudah terkapar kecapaian, Yati dan Masmah tidur memelukku dari kiri dan kananku, Sementara Mukti da Hindun memeluk Haji Mochtar. Kurang lebih dua jam kami tertidur kecapaian, hingga ada suara asing membangunkan kami sambil menggoyang-goyangkan tubuh kami.
“Inaq, Bapak, uras sembayang subuh julu,” (Ibu, bapak, bangun Sembahyang Subuh dulu) suara Umi anak Sulung Yati membangunkan kami.
Meski mata terasa berat dan aku juga tidak sembayang karena bukan muslim akupun terbangun oleh suara itu. Perlahan kubuka mataku, dan kulihat Umi yang baru kelas dua SMA itu mengguncang tubuh ibunya dalam keaadaan telanjang bulat juga. Belum habis keterkejutanku, aku berusaha membuka mata lebih lebar kulhat Rahma anak kedua Haji Mochtar yang baru kelas dua SMP dan bulu jembutnya baru mulai tumbuh itu juga telanjang bulat mengguncang tubuh Haji Mochtar membangunkan bapaknya. Sementara itu Husnul, anak Sulung Masmah tengah membangunkan Mukti, ibu tirinya, dengan cara menusukan jarinya pada vagina ibu tirinya itu. Belum habis keterkejutanku, terasa ada kain basah mengusap lembut pada batang penisku yang lemas dan mengecil karena hawa dingin. Kubuka mata lebih lebar, dan akupun terbeliak karena dihadapanku kulihat Umi tengah asik membersihkan batang penisku dengan kain basah. Aku bangun dan duduk sambil mengucek-ucek mataku berusaha memperhatikan sekelilingku lebih seksama. Kumelihat disana Husnul dan Fendi serta Zamrah (ketiganya anak Haji Mochtar dari Masmah) juga Umi dan Rahma (anak Yati) semuanya telanjang bulat sambil membawa ember dan handuk kecil hendak membersihkan kelamin kami yang baru saja kami pakai bersetubuh. Dengan bingung aku perhatikan Yati, Hindun dan Mukti beranjak bangun Lalu duduk mengangkang di sofa, sementaran Husnul berjongkok di depan Yati sambil mengusap vagina Yati yang masih berlepotan cairan itu dengan menggunakan handuk basah yang dipegangnya. Demikian juga dengan Fendi, dia tengah asik mengelap vagina Mukti, ibu tirinya. Mataku berputar mencari Masmah, dalam hati aku heran kenapa Masmah tidak ikut antrian untuk membersihkan vaginanya. Kumelihat Masmah tengah duduk mengangkang disudut tempat tidur besar itu sambil membersihkan vaginanya sendiri. Dalam hati aku heran kenapa Masmah justru membersihkan vaginanya sendiri tidak ikut antrian untuk dibersihkan oleh anaknya. Sementara itu dibarisan anak perempuan, setelah selesai membersihkan penisku Umi beranjak untuk membersihkan penis Haji Mochtar, sementara Zamrah dan Rahma masih asik mengelus penisku dengan lembut. Pada menit berikutnya kembali Umi mendekati penisku dengan mulut terbuka lalu mulai menjilati batang penisku. Lalu kemana Haji mochtar ? ternyata Haji Mochtar tengah asik membersihkan vagina Masmah. Setelah acara bersih-bersih selesai, mereka semua beriringan menuju ke kolam di samping rumah di kolam yang disebut telaga itu mereka semua mandi keramas bersama-sama. Usai mandi mereka semua lalu naik ke gazebo yang berada di dekat kolam itu lalu sembahyang bersama dipimpin Haji Mochtar. Setelah selesai sembahyang berjamaah, mereka lalu melepas seluruh pakainnya dan beriringan kembali ke dalam kamar dimana aku sedari tadi menunggu sambil memperhatikan mereka dari jendela kamar yang dibuka oleh Umi. Sesampainya dalam kamarku, Haji Mochtar bertanya padaku,
“Bagaimana pak Theo, masih mampu melanjutkan permainan kita ?”
“Boleh, tapi apa kalian semua tidak pergi kerja ?” jawabku sambil bertanya.
“Baiklah kalau begitu kita lanjutkan permainan kita. Masalah kerjaan kan banyak pembantu yang mengerjakan. Tapi sebaiknya sebelum kita lanjutkan permainan kita ada baiknya kita ngopi dulu sambil sarapan,” kata Haji Mochtar.
“Betul juga itu, sambil ada beberapa beberapa hal yang perlu saya tanyakan,” jawabku.
“Kalau begitu mari kita ngopi dulu di ruang tengah atau di santrean (gazebo di halaman samping rumah) pak ?” jawab Haji Mochtar sambil beranjak berdiri.
“Nampaknya di luar masih dingin, sebaiknya kita di ruang tengah saja,” jawabku.
Lalu kami berenam berjalan beriringan menuju ke meja makan di ruang tengah rumah itu dalam keadaan telanjang bulat semua. Sesampainya di ruang makan, kami duduk mengelilingi meja makan. Yati dan Masmah duduk disampingku. Sementara Mukti dan hindun mengapit Haji Mochtar diseberang kami. Yati menyilangkan paha kirinya pada paha kananku, sementara Masmah menyilangkan paha kanannya pada kaki kiriku. Demikian pula diseberang meja kulihat Mukti dan hindun juga melakukan posisi yang sama pada Haji Mochtar. Pada menit berikutnya anak-anak Haji Mochtar juga anak-anak Yati beriringan keluar sambil membawa nampan berisi makanan dan kopi serata ada jamu tradisional. Sambil menikmati hidangan pagi itu kami bercakap -cakap.
“Bagaimana pak Theo ? puas dengan penyambutan kami ?” tanya Haji Mochtar membuka percakapan.
“Ya begitulah, sangat puas sekali,” jawabku.
“Ya beginilah cara kami menyambut tamu pak, sebab kalau bapak ingin memilih dan membeli seperti di Jawa disini tidak ada pak. Sebab itu zina dilarang agama pak,” terang Haji Mochtar.
“Tapi kalau saya menyetubuhi istri bapak dan bu Yat dan semua itu kan bukan istri saya. Apa itu bukan zina pak ?” tanyaku.
“Oh itu bukan zina pak, lagian saya kan yang mempersilahkan bapak untuk menyetubuhi istri saya dan saya juga ada serta melihat, apalagi kalau ternyata istri saya bisa memuaskan bapak itu adalah suatu kehormatan bagi saya dan keluarga pak. Kecuali jika bapak bersetubuh dengan istri saya tanpa sepengetahuan saya, bapak dan istri saya bisa dihukum pak. Tapi ini hanya berlaku selama satu minggu. Selebihnya kalau lewat dari satu minggu maka bapak akan dihukum dan wajib untuk menikahi wanita yang sedang bapak setubuhi,” terang Haji Mochtar lagi.
“Lalu hukumannya apa pak ?” tanyaku penasaran
“Hukumannya bapak akan diarak ke halaman masjid yang ada di pusat desa bersama wanita yang bapak setubuhi bersama dengan suaminya dalam keadaan telanjang bulat, lalu bapak harus bersetubuh dengan disaksikan oleh orang sedesa ini. Jika ada dari penonton yang ingin bersetubuh dengan terhukum harus dilayani tanpa syarat. Hukuman ini baru berhenti jika kepala kampung atau tuan guru sudah menyatakan cukup,” Terang Haji Mochtar lagi.
“Lalu waktu kita selesai main tadi kenapa anak-anak dibiarkan masuk ke kamar kita pak ? bukankah itu tidak baik bagi perkembangan jiwa mereka pak ?” tanyaku lagi.
“Oh itu, jangan salah sangka dulu pak, bagi anak-anak yang telah cukup umur wajib untuk melihat orangtuanya bersetubuh, agar mereka nanti kalau menikah tidak canggung dan telah bisa untuk melakukan persetubuhan. Tetapi ada larangan bagi anak-anak untuk menyentuh kelamin orang tua kandungnya, namun wajib untuk menyentuh dan membersihkan kelamin orangtua tirinya. Bagi anak laki-laki wajib untuk melayani atau menikahi ibu tirinya jika si ibu menginginkannya. Demikian pula anak perempuan pada bapak tirinya atau tamu kehormatan yang berada di rumahnya. Jadi kalau bapak menginginkan anak gadis saya maka anak sayapun akan melayani bapak dibawah arahan ibunya agar bapak bisa terpuaskan,” kata Haji Mochtar lagi.
Sementara itu para wanita disamping kami dengan aktif dan atraktif mengelus penis kami agar bangun lagi, nampak mata mereka sangatlah horny sekali. Tak lama berselang Umi, Rahma dan Zamrah masih dalam keadaan telanjang bulat mendekatiku seiring dengan lambaian tangan ibunya untuk mendekat.
“Um, tolong kamu ambil mug besar yang ada di dekat tempat tidur ibu di kamar !” kata Yati menyuruh Umi anaknya.
“Baik bu,” kata Umi sambil melangkah pergi.
Tak lama berselang Umi datang sambil membawa mug besar berisi air teh yang sudah diendapkan selama semalam.
“Ini bu,” kata Umi sambil menyodorkan mug tersebut pada Ibunya.
“Sekarang kamu bantu ibu mencuci penis pak Theo dan punya paman Mochtar,” kata Yati.
“Baik bu,” Kata Umi seraya merangkak ke bawah meja.
Pada menit berikutnya aku merasakan ada tiga pasang tangan yang bergantian mengelus batang penisku dalam mug yang berisi teh itu, perlahan tapi pasti aku merasa mulai ereksi kembali. Aku tidak tahu apa campuran teh dalam mug itu, tapi yang jelas sejak dulu waktu masih di Malang Yati selalu mencuci batang penis kami dengan ramuan tersebut. Efek dari ramuan tersebut memang begitu nyata seperti yang kurasakan sekarang ini.
“Diminum dulu jamunya pak Theo, Setelah itu kita main lagi yah,” kata Yati dengan manja dan mata yang sayu.
“Memangnya bu Yati dan bu Nasmah tidak ke pasar ?” tanyaku sambil menerima gaelas berisis jamu yang disodorkan Yati.
“Sejak kedatangan pak Theo kemarin pagi, di pasar saya sudah mengatakan pada para pembantu bahwa kami berdua tidak ke pasar selama tiga hari ini. Biar mereka yang menjaga toko,” kat Masmah menyahut pertanyaanku.
“Lalu selama tiga hari ini bu Masmah mau kemana ?” tanyaku lagi.
“Kami berdua mau menemani pak Theo, terus terang kemarin kak Yati menceritakan bahwa kontol pak Theo begitu istimewa dibanding dengan semua kontol yang pernah dirasakan oleh kak Yati. Ternyata memang benar, walaupun selama hidup saya baru merasakan kontol bapak dan kontol suami saya. Kalau pak Theo mau, saya ingin menjadi istri bapak, sehingga bapak bisa ngentot saya sampai kapanpun.” kata Masmah polos di hadapan suaminya.
“Sebaiknya memang pak Theo mau menikahi istri saya pak, sebab bapak bebas menggauli istri saya hanya dalam satu minggu ini pak. Bila bapak tdak menikahi salah satu dari perempuan di sini, maka bila minggu depan bapak masih tinggal di sini saya tidak bisa memberikan selimut buat bapak lagi,” sambung Haji Mochtar mendukung keinginan istrinya.
Bagai disambar petir rasanya, heran istri sendiri malah ditawarkan untuk dinikahi laki-laki lain. Pak haji ini sudah pening atau jangan-jangan istrinya mau dipakai bayar hutang ?
“Tapi ini tidak ada hubungan dengan tugas saya untuk menagih hutang kan pak ?” tanyaku ragu.
“O, tidak. Masalah itu jangan khawatir pak, sebenarnya uang untuk membayar hutang itu sudah ada sejak dulu. Cuma saya tidak tahu mengapa kak Yati melarang saya untuk membayarkan,” jawab Haji Mochtar.
“Aku memang melarang Mochtar untuk mengirim uang itu, supaya ada alasan untuk mengundang pak Teo dan pak Hendra untuk datang kemari. Sebab semenjak aku pindah kemari hingga suamiku meninggal aku belum pernah terpuaskan dalam sex. Pak Theo kan tahu waktu di Jawa dulu kan setiap minggu tiga kali kita party, dan terus terang saya hanya terpuaskan oleh kontol pak Theo. Saya kangen ini pak !” kata Yati sambil mengelus penisku dengan lembut.
“Lalu kapan uang itu mau dikirim ?” tanyaku.
“Siang ini pun bisa, asal pak Theo mau menikahi saya dan Masmah. Kalau pak Theo tidak percaya silahkan pegang buku tabungan saya dan nanti kita pergi ke Masbagik, di BRI nanti kita kirim uang itu sekalian seluruh uang saya silahkan untuk pak Theo semuanya,” jawab Yati.
“Kalau begitu permasalahannya kenapa kita musti menikah ? toh bu Yati tetap bisa merasakan kontol saya kapan pun bu Yati mau”,jawabku.
“Tapi saya ingin kita menikah, sebab saya tidak ingin dihukum keliling desa dalam keadaan telanjang bulat. Saya juga tidak mau kita menikah secara negara, saya cuma ingin mas Theo menikahi saya dengan cara kami,” kata Yati lagi.
“Bukan secara negara. Lalu secara kalian, gimana itu ?” tanyaku bingung.
“Begini, dalam tatanan adat kelompok kami ada cara menikah tersendiri yang tidak perlu mengurus segala surat menyurat sebagaimana umumnya. Kita cukup melapor pada kepala adat atau disini kami menyebutnya tuan guru, lalu kita mengundang kerabat dan tetangga. Kemudian kita disumpah didepan orang banyak, resmilah status pernikahan kita. Tinggal mengadakan pestanya,” terang Yati.
“Yah kalau begitu bolehlah, tapi kenapa musti pake pesta segala ?” jawabku.
“Ini wajib. Dan dalam pesta nanti sebagai pengantin kita berhak untuk memilih pasangan dari para tamu untuk kita jadikan selingan selama dalam pesta,” terang Haji Mochtar.
“Pesta sex maksudnya ? Lalu jika kita menginginkan untuk menyetubuhi istri salah satu tamu, apa suaminya tidak marah ?” tanyaku bingung.
“Ya, pesta seperti itulah, dan kalau ada tamu yang istri atau suaminya diinginkan oleh pengantin mereka tidak boleh marah, malah suatu kehormatan bagi yang pasangannya dipilih oleh pengantin. Apalagi jika pengantin itu datang dari luar daerah seperti bapak,” terang haji Mochtar lagi.
“Ya baiklah kalau begitu,” jawabku ringan.
Setelah kami putuskan untuk mengirim uang siang nanti, kami melanjutkan pesta kami. Aku tak tahu ramuan apa yang telah aku minum namun jamu trdisional mereka itu sangatlah manjur sekali. Penisku terasa ngaceng lebih tegang dari biasanya walaupun barusan dipakai. Segera kupeluk Yati dan Masmah untuk kuajak bertempur lagi. Masmah yang tadinya nampak lemas, setelah meminum jamu nampak sangatlah bugar. Melihat aku telah siap untuk bertempur lagi, segera keempat perempuan itu bersiap untuk masuk kembali ke kamar. Sesampainya di kamar segera aku membagi tugas.
“Bu Yat, tolong ajari Mukti dan Hindun tehnik yang lebih baik. Sementara bu Masmah main dengan saya giliran pertama,” kataku pada Yati.
“Baik mas, tapi tolong jangan memanggil kami dengan sebutan ibu. Sebab sekarang ini kami adalah selimut mas Theo”, kata Yati.
“Lalu aku harus panggil apa ?” tanyaku bingung.
“Cukup panggil nama saja. Dan sebelum mulai babak ke dua, kami semua wajib melumasi kontol mas Theo”, jawab yati seraya mengelus lembut batang penisku.
“Maaf pak Theo, kalau tidak keberatan untuk babak ke dua ini saya minta ijin untuk bergabung belakangan. Sebab saya ada urusan sebentar,” sela Haji Mochtar.
“Mau kemana kamu Moch ? Ada tamu kok malah mau pergi!” timpal Yati.
“Aku ingin memanggil semua istriku kak, aku ingin mereka semua belajar permainan seperti orang-orang kota pada kakak dan pak Theo supaya pinter,seperti kakak,” Jawab Haji Mochtar.
“Kalau menurut aku jangan sekarang lebih baik besok saja toh besok masih banyak waktu dan sekarang mas Theo kan sudah capek,” larang Yati.
“Ya kalau begitu terseah kakak saja”, Jawab Haji Mochtar.
“Memang ada berapa istri pak Haji ? dan kemana mereka ?” tanyaku.
“Istri saya ada delapan pak, mereka juga memiliki suami selain saya, jadi mereka ada di rumah suami-suami mereka yang lain,” jawab Haji Mochtar.
“Sudah wawancaranya nanti saja, kita mulai saja babak kedua. Udah nggak tahan nich,” kata Yati.
“Ya kalau begitu ayo pindah ke kamar,” ajakku sambil merangkul Yati dan Masmah.
Kami pun melangkah kembali ke kamar. Sesampainya di kamar Yati memintaku untuk duduk di sofa, Yati dan Masmah lalu duduk di lantai sambil mengulum batang penisku bergantian. Sementara itu Mukti dan Hindun duduk disebelah kiri dan kananku sambil kuremas buah dada mereka masing-masing sebelah, sambil kupagut bibir mereka bergantian. Kira-kira tiga menit kemudian, kedua wanita yang mengerjaiku dari bawah, (Yati dan Masmah) menghentikan kegiatan mereka. Yati lalu berdiri mengangkangiku dengan posisi membelakangi aku, selanjutnya Yati mulai bergerak menurunkan pantatnya. Sementara Masmah duduk bersimpuh di lantai diantara kedua pahaku yang mengangkang. Tangan kanan Masmah menggegam penisku, sementara tangan kiri Masmah membimbing selangkangan Yati mengarah tepat ke penisku. Perlahan tapi pasti kurasakan topi bajaku mulai menyentuh gundukan daging yang empuk dan basah, beberapa detik kemudian kurasakan kepala penisku mulai membelah belahan vagina Yati yang basah, bllleeeessssssssssssss perlahan tapi pasti adik kecilku memasuki liang vagina Yati.
“Aaaaah, mmmmfffhhhhhhhhhh,” lenguh Yati seiring dengan masuknya batang penisku pada Vaginanya.
“Tahan kak!” Kata Masmah ketika seluruh batang penisku telah terbenam seutuhnya dalam vagina Yati
Lalu sambil berlutut diantara kedua pahaku Masmah mulai membungkuk dan mulai menjilati buah zakarku lalu menjilati klitoris Yati.
cape dech....

Tempat Kos Temanku

<<< gerakan bisnis eksekskutif kreatif indonesia >>>
Cerita ini terjadi waktu aku datang ke wisudanya di Manggala Wana Bakti, nah setelah selesai di wisuda ceritanya aku dan dia itu ke tempat kostnya di daerah Palmerah. Nama temanku Tina (sudah disamarkan). Secara garis besar dia adalah seorang gadis yang cantik dengan ukuran dada 36B, lalu dengan tinggi 159 cm dan berat 48 kg, dan rambut hitam legam sepundak, memang 2 tahun lebih tua dari aku, aku kenal sama dia pas waktu dia mengulang salah satu mata kuliah di semester 2 sejak itu aku cukup akrab dengan dia, dan dia adalah satu-satunya orang yang tahu pengalaman misteriusku dengan Vita. Tina adalah anak seorang pengusaha sukses di Bali, tapi karena dia ingin sekali kuliah jurusan komputer di Jakarta, akhirnya dia kost di dekat kampus, karena memang Tina tidak mempunyai keluarga di Jakarta

Sesampainya di tempat kostnya terus terang aku kagum banget karena rumah kost Tina itu bagus banget, memang sih Tina pernah bilang tempat kostnya tuh mahal sekali satu bulan bayarnya sekitar 600.000-an tapi aku tidak menyangka bahwa rumah kostnya sebagus ini, soalnya biasanya dimana-mana tempat kost identik dengan rumah sederhana, tapi kali ini ternyata aku melihat sebuah rumah kost yang megah. Akhirnya terpaksa aku menyudahkan lamunkanku karena aku mendengar teriakan 3 orang wanita, yang ternyata teman kostnya Tina, setelah itu aku dikenalkan Tina dengan ketiga teman kostnya itu. Nama ke tiga anak kost itu ada Silvi, Anna, Sonia. Silvi adalah seorang wanita yang aku perkirakan berusia sekitar 23 tahun, cukup cantik dengan rambut ikal sebahu. Anna seorang wanita berusia 22 tahun, mahasiswi tingkat akhir di kampus yang sama dengan aku dan Tina, walaupun tidak terlalu cantik tapi dada dan pantatnya terlihar padat dan menantang lalu Sonia seorang wanita yang berusia 24 tahun dan terlihat paling cantik diantara Silvi dan Anna.

Singkat cerita akhirnya kami berlima pesta pora merayakan wisuda Tina, memang aku sempat tanya ada berapa anak kost di rumah ini menurut mereka ada 5 orang semuanya wanita tapi yang satu sekarang sedang pulang ke kampung halamannya. Lalu aku juga sempat tanya dimana majikannya, lalu kata mereka majikannya ada di Canada, dan segala keperluan rumah sudah diserahkan kepada seorang pembantu rumah tangga yang sengaja disiapkan disana.

Lalu disela-sela obrolan kami, aku sempat melihat ada seorang gadis yang berusia sekitar 21 tahun keluar dari dalam, aku pikir ini juga anak kost disini karena dia terlihat amat cantik hanya bedanya kecantikan gadis yang baru kulihat ini lebih alami dan natural. Dan rupanya Tina melihatku sedang memperhatikan gadis itu sehingga dia berkata “Hei Tom, sudah donk masa lu ngeliatin si Susi saja”, “Oh, jadi dia namanya Susi toch, apa dia juga anak kost disini?” tanyaku. Eh mereka semua malah pada senyum, lalu Sonia bilang “Tommy…, Tommy…, sudah aku bilang disini cuma ada 5 orang plus 1 pembantu, dan sekarang teman kami yang satu sedang pulang kampung!”. “Jadi artinya Susi itu pembantu kalian donk”, potongku dan mereka semua menjawab serempak “Pinter”, dan setelah itu mereka mengolok-ngolokku, karena menurut mereka aku tuch naksir sama Susi.

Lalu mungkin gara-gara itu kami jadi ngelantur bercerita tentang Susi, dan akhirnya mereka berempat mengajakku taruhan bisa tidak aku mengajak Susi yang masih virgin dan tidak pernah pergi sama laki-laki itu ML denganku. Aku sempat bilang lu orang pada gila yach, tapi karena aku diolok-olok dan dikatain chicken, dll akhirnya aku sanggupin juga dech untuk mencobanya, lalu aku bilang “Tapi dengan syarat lu orang harus membantu rencanaku, dan kalau aku berhasil taruhannya apa donk?” dan akhirnya setelah mikir sejenak Sonia bilang “Kalau kamu berhasil kamu boleh minta apa saja”, “Oke…” jawabku.

Lalu aku bilang, “Aku punya rencana begini, nanti aku pura-pura sakit dan tidur di kamar Tina, terus lu suruh dia tolong kerokin aku, lalu pas lagi di kerokin aku akan suruh dia nyalahin VCD yang tentu saja isinya film bokep”. Dan akhirnya Tina dan Sonia yang menuju ke dalam mencari Susi, sedang aku Anna, dan Silvi menuju ke kamar Tina, disana aku tiduran sambil pura-pura pakai balsem, dan seperti orang masuk angin. Tidak beberapa lama kemudian, aku lihat Susi dan bersama Tina dan Sonia, lalu akhirnya mereka berempat keluar tinggal aku dan Susi berdua di kamar. Lalu aku dengar ada suara yang sangat lembut menyapaku “Ada apa Mas?”, lalu dengan gugup aku menyahut “Nggak nich Mbak, saya sepertinya masuk angin, bisa minta tolong kerokin nggak yach?”. “Boleh Mas”, jawab Susi lagi, lalu dia mengambil minyak kayu putih dan uang logam seratusan, dan dia menyuruh aku membuka baju lalu dia mulai mengeroki badanku. Dan seperti rencanaku akhirnya aku meminta tolong padanya mengambilkan remote, lalu aku menyalakan TV dan VCD.

Dan setelah menyala, langsung dech terlihat adegan syur di TV, dan aku merasakan seketika itu juga uang logam yang dipegang Susi jatuh ke lantai, lalu aku bilang ke Susi. “Sus, maaf yach saya mau nonton film ini soalnya besok pagi sudah harus dikembaliin, kamu nggak ‘pa-’pa kan yach?”. Lalu dengan gugup aku lihat dia bilang “Nggakk pappaa kok, Mas”, lalu aku tanya lagi “Kamu pernah nonton film beginian Sus?”, “Dan dia bilang belum pernah, Mas”, lalu aku lihat dia mengambil duit logam dan kembali mengerokiku dan aku kembali menikmati adegan syur di depan mataku, tapi lama kelamaan aku merasakan kerokan Susi semakin melemah dan nafasnya kian memburu dan lalu aku pikir ini adalah saat terbaik untuk memulainya, lalu akhirnya tanganku mulai menyentuh pahanya, dan karena tidak ada reaksi menolak lalu tangan aku mulai semakin naik dan akhirnya sampai di payudaranya dan lagi-lagi dia diam, lalu aku langsung balik badan dan langsung memeluk dan menciumnya, dan karena dia masih virgin dia agak lama baru membalas ciumanku, dan walaupun tampak kaku, aku merasakan kenikmatan tersendiri, setelah itu aku mulai perlahan-lahan membuka kaos dan roknya, dan lalu aku mulai meremas-remas payudaranya yang hanya dilapisi oleh BH warna krem, dan aku lihat dia tuch meringis kenikmatan, dan setelah puas bermain di payudaranya tanganku segera kebawah dan meraba-raba CD-nya yang sudah basah, lalu aku mulai mengesekkan jariku perlahan-lahan dan aku lihat dia tuch semakin menggelinjang kenikmatan, setelah itu aku membuka CD-nya dan kemudian mulai menjilat-jilat liang kewanitaannya, dan mencari clitnya.

Dan sewaktu lidahku bermain di dalam liang kewanitaannya tanganku kembali bergerak ke atas dan membuka BH-nya dan bermain di atas payudaranya 15 menit kemudian, aku sudahi permainanku di liang kewanitaannya, dan aku-pun mulai mencopot kemeja dan celanaku di depan Susi, dan mungkin karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya Susi diam saja, dan pas aku menurunkan CD-ku, Susi berteriak kecil “Ahh..” dan aku jadi kaget, dan aku bilang “Ada apa Sus?”, dan dia bilang “Saya ngeri ngeliat barang Mas”. Dan lalu dengan senyum aku bilang tidak apa-apa, lalu aku bawa tangannya ke penisku, dan lalu dengan malu-malu dia memegang penisku dan mengocoknya pelan-pelan. Dalam hati aku berkata wah nich anak pinter juga, baru sekali nonton BF tahu apa yang harus dilakukannya.

Dan tidak beberapa lama kemudian aku suruh dia mengisap penisku, tapi mula-mula dia bilang nggak mau karena geli tapi karena terus di paksa akhirnya dia lakukan juga. Dan untuk seorang pemula hisapan Susi cukup hebat (walaupun tidak sehebat Vita), setelah puas aku lalu menyuruhnya udahan dan kemudian aku bersiap-siap untuk memasukkan penisku ke liang senggamanya, dan sesampainya di depan liang kenikmatannya dia langsung bangun dan bilang “Nggak boleh donk Mas kan saya masih perawan”. Dalam hati aku berkata sial nich cewek bisa kalah dech aku, tapi akhirnya aku nggak kehabisan akal lalu perlahan-lahan aku bilang kalau dia nggak mau yach sudah saya nggak masukin semua hanya ujungnya saja dan itu nggak merusak selaput daranya. Akhirnya dengan perjuangan keras aku diijinkan untuk memasukkan kepala penisku di liang surganya, dan lalu aku mulai memasukkannya perlahan-lahan. Dan seperti dugaanku liang senggamanya amat sempit sehingga aku agak menemui kesusahan memasukkan kepala penisku.

Dan setelah masuk aku mulai menarik dan memasukkannya perlahan-lahan, dan seperti dugaanku Susi keenakan, dan dia lalu berkata “Mas masukkin semua donk masa kepalanya doank!” lalu dengan pura-pura bodoh aku bilang “Kata kamu kepalanya saja, tapi lalu dia bilang “Nggak ‘pa-’pa dech Mas ayo donk cepat Mas!”. Akhirnya aku memasukkan sisa penisku ke liang kewanitaannya. Setelah masuk aku mulai menggoyangkannya, beberapa menit kemudian aku menarik penisku dan menyuruh dia nungging dan aku melakukannya dengan posisi dog style, sekitar 10 menit kemudian aku dengar Susi bilang “Mas kok saya tiba-tiba mau pipis sich yach?” terus aku bilang “Kalau itu bukan pipis tapi tandanya kamu hampir orgasme”. Dan aku suruh dia tahan sebentar karena aku juga sudah mau keluar dan 3 menit kemudian aku keluar barengan dengan dia.

Setelah itu aku dan dia jatuh ke ranjang, dan aku sempat lihat spermaku yang berceceran di lantai beserta beberapa bercak darah, setelah itu aku bilang terima kasih ke dia, dan dia lalu keluar kamar dan aku pun ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang penuh dengan keringat.

Setelah aku selesai mandi, aku lalu keluar kamar dan aku nggak menemui Tina, dan ketiga kawannya di ruang depan, dan aku sempat clingak-clinguk dech nyariin mereka, dan tiba-tiba aku dengar ada suara yang memanggilku dari arah sebelah kiriku, “Tom, sini donk Tom, kita juga mau ngerasain barang kamu donk”. Spontan aku menghadap ke asal suara tersebut dan aku lihat Silvi yang sudah berada dalam keadaan polos memanggilku di muka pintu kamarnya. Langsung dech adikku yang tadinya sudah kembali tidur tegak lagi, dan segera aku menyamperi Silvi yang memang sudah menungguku, sesampainya di dalam kamar aku sampai kaget melihat ternyata di dalam kamar itu bukan hanya terdapat Silvi saja tetapi juga ada Tina, Sonia, dan Anna, hanya mereka bertiga masih berpakaian lengkap. Aku bilang ke Tina, “Tuch kan Tin, aku berhasil kan naklukin Susi” Iya dech Tom, kita percaya sekarang”. Setelah itu aku langsung bilang “Ayo sekarang aku minta hadiahku”. Lalu jawab mereka “Eloe minta hadiah apa?”. Langsung dech otakku mikir minta apa yach, terus aku bilang “Aku pengen tidur bareng kalian bertiga sekaligus”, dan reaksinya mereka berempat langsung teriak “Yes, siapa takut memang itu kok yang kami harapkan”, lalu Silvi sempat nambahin, “Tahu nggak Tom, kenapa aku bugil supaya lu nafsu lihat aku dan minta ML sama aku ternyata siasat aku berhasil, lagian tadi kan pas lu ML sama Susi kita pada ngintip lho”, dan aku langsung dech berpura-pura terkejut padahal sich aku tahu kok he he he, tapi aku diam saja sok cool.

Setelah itu Anna, Tina dan Sonia mulai striptease di depanku sambil perlahan-lahan membuka bajunya satu persatu sampai mereka semua benar-benar bugil, dan akibatnya adikku yang memang dari tadi sudah bangun jadi semakin tegak, dan setelah mereka selesai dengan baju mereka sendiri mereka dengan ganas langsung menyerbuku, dan dengan penuh nafsu birahi, mereka mempreteli baju dan celanaku satu demi satu, dan ketika celana dalamku diturunkan mereka sempat terpesona melihat barangku, lalu tiba-tiba Tina menunduk dan langsung menjilat-jilat penisku sementara Anna langsung mengarahkan liang kewanitaannya ke mulutku yang langsung saja kusambut dengan jilatan-jilatan di sekitar liang kewanitaannya, sementara itu tanganku menggerayangi payudara Sonia, sementara itu pula Sonia menjilat payudara Silvi, lalu kami saling berganti-ganti posisi, setelah puas dengan gaya tersebut aku mulai bangkit dan mula-mula aku mengarahkan penisku ke arah liang kewanitaan Tina, dan sumpah aku menemui kesulitan untuk memasukkan penisku tersebut tapi dengan upaya keras akhirnya aku berhasil untuk memasukkannya, setelah beberapa lama aku dengar Tina merintih dengan keras dan akhirnya dia orgasme, lalu kucabut penisku dari liang senggamanya, dan aku sempat lihat ada bercak darah di penisku, dan aku sempat tanya “Tin, lu masih virgin yach?” dan Tina menjawab katanya “Kami berempat masih virgin Tom”, busyet aku hoki benar dalam semalam dapat 5 cewek masih virgin semua.

Lalu aku mulai mencoba memasukkan penisku ke liang kewanitaan Silvi, kali ini aku lebih pelan-pelan dan santai, walaupun sulit tapi tidak sesulit sewaktu aku memasukkan penisku ke liang kewanitaan Tina, mungkin karena penisku sekarang sudah basah, dan kulihat liang kewanitaan Silvi pun sudah sangat basah, lalu aku kembali memaju mundurkan pantatku, sekitar 10 menit aku merasa bahwa spermaku akan segera keluar, lalu aku langsung menurunkan tempo goyanganku, dan segera aku mulai mengalihkan permainanku ke arah payudara Silvi, setelah beberapa lama aku kembali mulai mempercepat goyangan pantatku, tapi itupun tak bertahan lama karena 5 menit kemudian aku sudah ingin mengeluarkan sperma lagi, sebetulnya ingin aku tahan tapi karena aku kasihan sama Silvi orgasmenya tertunda melulu, terpaksa aku malah mempercepat laju permainanku dan 3 menit kemudian aku bilang sama dia “Aku sudah mau keluar nich, aku keluarin di dalam atau di luar?”. Lalu dia jawab “Di dalam saja”. Akhirnya aku dan dia keluar secara bersamaan.

Setelah itu aku merebahkan diri ke tempat tidur, tapi baru sepuluh menit aku tiduran aku merasakan barangku saja yang dijilat-jilat, dan ternyata aku lihat kali ini Anna yang menjilat-jilat barangku, akhirnya adikku bangun lagi dech dan aku langsung melepas barangku dari mulutnya dan langsung mengarahkan barangku ke kemaluannya, dan kali ini aku kembali menemui kesulitan, karena liang kewanitaan Anna benar-benar sempit, dan kecil, penisku sampai perih rasanya, akhirnya dengan sedikit paksaan aku berhasil juga memasukkan barangku ke dalam liang surganya, sekitar 15 menit kemudian Anna teriak Tom, aku mau orgasme nich, dan aku langsung bilang “Tunggu donk aku juga sudah mau orgasme nich”. Akhirnya aku mempercepat pola permainan, dan akhirnya aku keluar barengan dia di dalam liang senggamanya. Setelah itu aku langsung tiduran lagi, tapi aku liat kali ini Sonia menyamperi aku dan bilang “Tom giliran aku kapan?” “terus aku bilang besok saja yach aku cape nich”. Tapi sebagai jawabnya dia malah merenggut dan langsung mengocok-ngocok barangku, dan secara perlahan barangku kembali bangun, setelah bangun secara maksimal, Sonia lalu berdiri dan duduk tepat diatas barangku sambil tangannya perlahan membuka bibir kemaluannya, dan aku merasakan perih di sekitar barangku, karena Sonia memasukkannya dengan agak keras, setelah itu dia mulai mengoyang-goyangkan pantatnya naik turun sambil sesekali dia mengoyang-goyangkannya ke depan dan ke belakang, karena merasa nikmat sekali nggak sampai 10 menit aku merasa aku sudah mau orgasme, dan aku bilang ke Sonia “Son, aku sudah mau orgasme nich”, dan sebagai jawabannya dia mencabut barangku dan mengulum kembali barangku dan akhirnya aku memuntahkan spermaku di mulutnya dan kemudian diminum semua oleh Sonia “Obat awet muda katanya” Dan aku sich tersenyum saja mendengarnya.

Nggak lama kemudian aku tidur bersama mereka berempat dalam keadaan bugil. Sekitar Jam 7 pagi aku bangun dan menuju kamar mandi untuk mandi karena terus terang badanku lengket semua keringatan. Lalu aku mulai mandi dan menyabuni penisku, mungkin karena terkena tanganku eh adikku malah bangun lagi, dan ketika itu pintu kamar mandi terbuka, lalu aku lihat Tina masuk ke dalam, dan kaget “Gila lu Tom, mau onani yach, ngapain Tom, sayangkan lu buang gitu saja, mending buat aku, lalu setelah itu Tina nyamperin aku dan mulai memain-mainkan barangku sebentar lalu dia mulai mengulum penisku, sekitar 15 menit dia mengulum penisku, sampai akhirnya aku mengeluarkan spermaku di dalam, dan kemudian diminum seluruhnya oleh Tina, nggak beberapa lama kemudian dia malah nungging dan minta di fuck dengan posisi doggy style, tadinya aku sudah mau nolak dan jelasin bahwa sebenarnya aku lagi bersihin barangku bukan onani, tapi karena nafsu lihat pantat mulus akhirnya aku masukin juga barangku ke liang kewanitaannya, dan kali ini aku nggak sesulit sewaktu memasukkan barangku tadi malam, dan setelah puas dengan doggy style dia malah minta fuck dengan gaya monyet, dimana aku ngefuck sambil ngegendong dia, yach sudah dech akhirnya aku lakukan juga permintaan dia, 5 menit kemudian aku merasa bahwa aku mau orgasme, dan dia bilang “Yach sudah Tom keluarin di dalam saja, aku pengen ngerasain sperma kamu kok” Akhirnya aku keluarin juga dech spermaku di dalam liang kewanitaannya, lalu setelah itu kita malah mandi bersama dan sekitar pukul 9 pagi aku balik ke rumah dan tidur sampai malam.

TAMAT

Aku Disetubuhi Oleh Kakakku Sendiri

<<< gerakan bisnis eksekskutif kreatif indonesia >>>
Cerita Seks berikut ini adalah pengalaman cerita sex yang bisa dibilang menyedihkan. Tepatnya 8 tahun yang lalu, sekarang saya sudah berumur 22 tahun. Cerita ini nyata saat pertama kalinya saya kehilangan darah perawan saya oleh kakak saya sendiri yang bernama herry. Inilah awal kesedihan saya dan awal dari cerita seks ini.

Saya adalah cewek yang lumayan cantik karena saya memiliki hidung yang mancung dengan mata yang kecil dan lentik. Payudara saya cukup besar untuk cewek berumur 14 tahun saat itu. Saya tidak mempunyai pacar karena saya ingin belajar giat supaya saya bisa bersekolah di Philadelphia, United States setelah saya lulus SMA nanti. Saya memiliki kakak laki-laki yang usianya 2 tahun di atas saya. Namanya adalah Herry Susanto (Nama belakangnya bukan nama keluarga saya karena nama belakangnya adalah karangan saya saja). Dia satu sekolah dengan saya sehingga tiap hari Herry selalu menemani saya di sekolah. Saya tidak pernah berpikir kenapa dia sampai melakukan perbuatan maksiat itu terhadap saya apalagi saya adalah adik perempuannya satu-satunya.

Saat itu kami berdua sedang libur setelah 2 minggu menjalankan ujian kenaikan kelas. Saya masih ingat sekali bahwa hari kejadian itu adalah hari senin. Saat itu saya sedang nonton VCD Donald Duck dan Mickey Mouse. Ketika saya sedang menonton film tersebut, tiba-tiba saya mau pipis sehingga saya meninggalkan TV untuk cepat-cepat pergi ke kamar mandi karena saya tidak mau ngompol di sofa di mana saya sedang tiduran karena saya bisa dimarahi mama nantinya.

Saya lari ke kamar mandi dan langsung pipis. Itulah kesalahan saya yang fatal karena saya lupa menutup pintu. Sewaktu saya sedang pipis, kakak saya Herry datang tergopoh-gopoh. Saya yakin sekali bahwa Herry pasti habis memakai putaw atau jenis drugs yang lain karena saya sering melihat dia teler kalau habis pakai obat. Herry melihat saya sedang pipis dan saya membiarkan saja ketika dia masuk ke kamar mandi karena saya tidak ada perasaan curiga pada dia. Ketika dia masuk, tiba-tiba dia mengunci pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia menyerang tubuh saya yang saat itu sedang pipis. Saya kaget dan hendak berteriak tetapi dengan cepat Herry menutup mulut saya dan mengancam mau membunuh saya kalau saya berteriak. Saya langsung menangis karena saya tidak mengerti kenapa kakak saya tega melakukan perbuatan bejad kepada saya.


Saya cuma menangis saja menyaksikan Herry membuka pakaian dan celana dalam yang saya kenakan. Setelah saya tidak memakai busana apa-apa lagi, Herry langsung menciumi puting susu saya dengan ganasnya sementara jari-jarinya memainkan klitoris saya. Saya masih menangis karena saya masih tidak mengerti tetapi di lain pihak, saya mulai menikmati permainan kakak saya karena saya kadang-kadang mendesah di tengah tangisan saya, apalagi saya sempat merasakan pipis beberapa kali ketika Herry mulai menjilati liang kemaluan saya dan memainkan lidahnya di dalam lubang kemaluan saya. Saya yakin dia menelan semua cairan kewanitaan saya. Perasaan saya saat itu tidak karuan karena saya mulai menyenangi permainannya dan sekaligus benci dengan sikapnya yang telah memperkosa saya.

Herry terus menjilati kemaluan saya dan saya sudah 2 kali merasakan ingin pipis tetapi saya tidak mengerti kenapa saya ingin pipis ketika dia menjilati kemaluan saya, saya merasakan kenikmatan yang maha dasyat. Tiba-tiba saya melihat Herry mulai membuka pakaiannya dan mulai mempersiapkan batang kemaluannya yang sudah mengacung sempurna. Herry langsung menciumi saya dan saya cuma bisa berkata, “Jangan.. jangan..”, tetapi Herry diam saja dan mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan saya. Saya tahu saya masih perawan makanya saya meronta-ronta ketika dia mau memasukkan batang kemaluannya. Saya menampar pipinya tetapi dia malah membalas tamparan saya sehingga saya menjadi sangat takut waktu itu.

Akhirnya saya cuma diam saja sambil menangis sementara Herry mulai mengarahkan batang kenikmatannya ke dalam liang kemaluan saya. Ketika batang kemaluan Herry mulai masuk ke dalam kemaluan saya, saya merasakan sakit yang amat sangat tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa karena saya sangat ketakutan apalagi saya tahu dia dalam pengaruh obat, jadinya dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyetubuhi adiknya sendiri.

Di saat Herry mulai memainkan batangannya di dalam lubang kenikmatan saya, saya merasakan ada cairan darah perawan yang keluar dari liang senggama saya yang sudah dirobek oleh kakak saya sendiri. Saya tiba-tiba menjadi tidak mengerti karena saya mulai menyukai goyangan batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya karena secara otomatis saya mulai bergoyang-goyang mengikuti irama batang kemaluan Herry di dalam liang senggama saya walaupun saat itu saya masih menangis. Herry memeluk tubuh saya sambil terus menggenjot tubuh saya.

Selama 20 menit Herry tetap menggenjot tubuh saya dengan tubuhnya dan batang kenikmatannya yang tertanam di dalam liang kemaluan saya. Saya mulai merasakan bahwa saya ingin pipis tetapi kali ini saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya tetapi rasanya enak sekali dan saya sama sekali tidak mengerti apa itu tetapi ketika saya mengeluarkan cairan nikmat saya, saya berteriak dan memeluk kakak saya erat-erat dan ketika saya memeluknya erat-erat, rupanya batang kemaluan kakakku sepertinya tertanam lebih dalam lagi di liang kenikmatan saya sehingga dia sepertinya mengeluarkan cairan dari dalam batang kelaminnya dan membasahi lapisan kemaluan saya. Setelah itu, herry melepaskan pelukan saya serta mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kenikmatan saya dan kemudian meninggalkan saya seorang diri.

Saya masih sempat melihat ada cairan bekas Herry yang masih menetes dari dalam lubang kemaluan saya. Saya hanya diam dan tiba-tiba saya menangis sedih karena harga diri saya telah dirusak oleh kakak saya sendiri. Sejak saat itu saya mulai membenci laki-laki, tetapi saya mulai mengenal seks karena ketika saya ingin sekali merasakan pipis nikmat, saya selalu melakukan masturbasi di kamar mandi atau bahkan di kamar tidur saya. Tapi tentunya saya selalu melakukannya kalau tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu saya membenci kakak saya dan setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati saya, saya selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang kasar sehingga satu persatu dari mereka menjauhi saya.

Sekarang saya berada di Philadelphia dan banyak teman saya yang mengatakan bahwa saya ini termasuk cewek bodoh karena saya selalu menolak cowok baik-baik yang cakap dan pandai dan itu tidak terjadi sekali. Saya memang membenci laki-laki tetapi saya bukan lesbi karena ketika saya menghindari semua laki-laki di dalam hidup saya, ada seorang lesbi yang mendekati saya dan saya juga menghindarinya. Akibatnya persahabatan kami menjadi renggang dan dia mulai meninggalkan saya. Saya hanya dapat mencapai orgasme ketika saya melakukan masturbasi ketika saya sedang mandi atau sebelum tidur. Jadinya itu membuat saya berpikir, kenapa saya perlu laki-laki kalau saya bisa memuaskan nafsu saya dengan swalayan.
hemm. .. .

Sensualitas Wanita Desa

<<< gerakan bisnis eksekskutif kreatif indonesia >>>
Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur dikantor/unit yang ada di desa.

Kejadian ini bermula secara tidak sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar…begitu asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya…..karena merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Mirna dengan usia kira2 41 tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah.

Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Mirna dan ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang ternyata suami Ibu Mirna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya, terjadilah obrolan yang semakin akrab. Setelah dipanggil keluarlah ibu Mirna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok sekali.

Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan saya dipersilakan untuk berbincang dengan ibu. Rumah tersebut sepi karena anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua yang SMP sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu kebetulan yang tidak terduga. Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas dari tubuh dan dada ibu Mirna, dan akhirnya ibu Mirna bertanya, “Dik Amar matanya ngeliat apasih?”

sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya.

“Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik?” kata bu Mirna.

“Iya sih bu…tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya…….?” Saya berhenti berkomentar.

“Khususnya apa dik?” desaknya.

“Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang?”

Ibu Mirna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno.

“Oh ya dik Amar punya anak berapa dan istri usia berapa?” tanya bu Mirna.

“Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun?” jawab saya.

“Wah sedang panas-panasnya dong?” lanjutnya.

“Panas apanya bu?” saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya.

“Ah dik Amar berlagak nggak tau…..?” kata bu Mirna sambil tersipu.

“Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot?” pancing saya terus.

Tapi ibu Mirna malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, “kok jadi kelihatan sedih bu?”.

Akhirnya bu Mirna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal.

“Maaf bu…..padahal menurut saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua?”

“Yah memang begitu dik…..tapi harus ibu tahan?”

“Gimana caranya?” lanjut saya

“Ya dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus tertidur?” Lanjutnya.

“Wah kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru pisah 4 hari dengan istri saya juga udah gak tahan ????” kata saya sambil bergeser duduk mendekat.

“Dik Amar sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain?” katanya.

“Dik Amar kok gak dengerin sih….” kata bu Mirna sambil menepuk paha saya.

Tangan bu Mirna saya pegang…sambil berkata, “abis ada pemandangan yang lebih bagus”, sambil mata terus memandang ke belahan dadanya.

“Ah nakal dik Amar ini?” kata bu Mirna.

Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih.

Terus tangan saya beralih kepahanya….

“jangan dik?” kata bu Mirna tanpa berusaha menolak.

Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Mirna mundurkan kepalanya berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang kedua tangannya sambil menatap, akhirnya bu Mirna memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka. Langsung saya cium bibirnya perlahan…dan lama kelamaan ibu Mirna memberikan respon dengan membalas ciuman saya.

Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas….

“ah..ah jangan dik” tapi tangan bu Mirna malah menekankan tangan saya ke teteknya.

Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke belahan dadanya, bu Mirna semakin mendesah? “ah…uh…ah terus dik, enak?” kata bu Mirna.

Saya semakin bernafsu…sehingga kancing baju bu Mirna langsung saya lepas? “jangan dik…ntar keterusan?” kata bu Mirna.

“Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah? kita sama-sama butuhkan bu?” kata saya.

Akhirnya bu Mirna menyerah..membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang semakin menegang…… “ah…ah….ahhhh dik nikmat dik, terus dik?” desahnya.

Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri…..

“ahhhhh…uhhh…..ahhhhh dik udah dik? ibu nggak tahan”.

Tapi tangan bu Mirna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya langsung ke gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar dari samping cdnya.

Tangan saya terus menggosok-gosok memek bu Mirna……..

“ah…ahhhh…ahhhh dik terus dik terus…enak banget?” desahnya dengan logat jawa yang kental.

Akhir dengan seijin bu Mirna…..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah memek bu Mirna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu langsung saya gesek memek tersebut…sambil berusaha menemukan itilnya, tersedengar ibu Mirna semakin mendesah tidak karuan…..

“dik ahhhh enaaaaak dik…enaaaaaakkkkk banget”.

Dan ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau khas memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya jilat memek yang kemerah-merahan tersebut.

“ahhh berhenti dik…jangannnnn?” kata bu Mirna setelah tahu saya telah menjilat memeknya……

saya berhenti dan bertanya, “kenapa harus berhenti bu?”.

“Jangan dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok” kata bu Mirna.

“Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu?” kata saya.

“Ndak…?” kata bu Mirna.

“Wah rugi bu?” kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek.

“Rugi kenapa dik?” tanya bu Mirna.

“Rasnya nggak kalah sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah nafsu” kata saya sambil langsung menjilat memek bu Mirna…..setelah menjilat bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang semakin basah oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga memek sehingga menambah kenikmatan….

“ahhh…ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh…nikmat banget dik? terus dik…terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus…..”

Saat itil bu Mirna aku jilatin dan aku sedot……. “ahhhhh…ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau keluar…ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar….”

kepala saya langsung ditekan kememek bu Mirna dengan keras…..dan terasa dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Mirna. Ibu Mirna memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru didapatnya…….sambil berkata, “benar dik Amar ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget…..”

Tiba-tiba ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami merapikan baju…….sedangkan cd bu Mirna langsung diumpetin kekolong kursi,….ternyata anak bu Mirna yang kedua pulang dari tempat belajarnya.

Setelah anaknya masuk…..langsung bu Mirna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ?

“Ibu belum puas ya…?” Goda saya.

Ibu tersipu sambil berkata…….”iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan hal seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai kontol dik Amar biar sama2 bisa puas…kan dik Amar belum keluar?” kata bu Mirna.

“Iya sih bu….nanggung rasanya kontolku ini? tapi udahlah bu…karena malam ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah pulang. Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu…..” sambil tangan saya meremas buah dadanya.

“Ahhhh..dik Amar, tapi rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan…..kalo gitu ibu besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak dik?” kata bu Mirna.

“Boleh…boleh bu? tapi benar ya bu….iya besok jam 10 pagi” kata bu Mirna sambil tersenyum.

Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Mirna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium…..

“ah dik Amar kok gak sabaran sih?” kata bu Mirna.

Saya nggak peduli…langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu Mirna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan, kubimbing ibu Mirna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut?

“aaaaaaahhhhhhhh dik……..dilepas dong bajunya” kata bu Mirna sambil tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2 telanjang.

Kembali saya cium bibir bu Mirna…terus turun kesemua lekuk tubuhnya.. “ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap?” mulutku langsung pindah ke susu bu Mirna….sambil tangan menggesek-gesek memek yang terasa kenyal dan hangat, “ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat ……dik…..ib….uuu sudah lama nggak merasakan ngentot…terus…..teruuuuuusssss dik?”.

Ciuman saya terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu merangsang…..langsung saya jilat….dan saya sedot itil bu Mirna, sambil menggeser posisi ke 69, dan bu Mirna pun tanpa diminta langsung menngemut kontol saya…..

“uhhhhh nikmat sekali buuuuu?” kontol saya terus diemut keluar masuk mulut bu Mirna sambil dipijat….. “uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu”, saya juga tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu Mirna……sambil tangan saya sedikit menusuk-nusuk anusnya.

“aduhhhhhh dik….apalagi ini……enaaaaaak banget dik….. ahhhhhhhh……. ahhhhhhhhhh”, tiba2 ibu Mirna mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir, yang langsung aku sedot hingga habis.

Aku biarkan bu Mirna istirahat sejenak…sambil terus memainkan putting susunya yang masih menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Mirna dengan ciuman sehingga ibu Mirna kembali memberikan reaksi yang lebih panas……..

“ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayo dik entotin memek ibu…..ibu sudah kangen dientot…..ahhhhhhhhh”, sayapun memutar tubuh bu Mirna untuk mengambil posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu Mirna yang menantang, dengan perlahan kumasukkan batang penisku secara perlahan…karena terdengar ibu Mirna menjerit seraya berkata

“perlahan dik….. memek ibu sudah lama gak dientot……” perlahan aku masuk dan keluarkan kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu Mirna ……dan reaksi bu Mirna sungguh diluar perkiraan karena dengan goyangan pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit dengan nikmatnya…..

“ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh…buuuuu…ueenna aaak sekali memek ibu?”

Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali tusukan setangah ****** dan sekali tussukan ****** hingga amblas ke memek bu Mirna…… sepuluh menit kemudian desahan bu Mirna semakin keras…..

“ahhhhhhh dik…memek ibu enak banget…..uhhhhhh ****** adik enaakk banget……uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh”

“Terus dik…memek ibu udah nggak kuat…….dik…..dik …dik Amar……ibu kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh”, desahan bu Mirna semakin panjang seiring keluarnya lendir kenikmatan.

Setelah istirahat sejenak…bu Mirna langsung mengurut penis dan mengemutnya dengan lincah sekali.

“ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu?” desah saya.

kemudian bu Mirna berhenti sambil berkata “dik Amar sesuai janji ibu semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak terlupakan bagi ****** dik Amar?”.

Ibu Mirna langsung mengambil posisi di atas…setelah mengurut kontolku beberapa saat….bu Mirna langsung ngangkang dengan membimbing kontolku untuk memasuki lubang memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama tadi, kali ini memek bu Mirna terasa lebih seret dan terasa lebih hangat.

“oooooohhhhhh……ahhhhhh……uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek ibu……..ohhhhhh kontol saya ibu apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu?”.

Ibu Mirna hanya menjawab dengan desahan nafsnya……

“ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh dik…memek ibu juga nikmat sekali…….”, pantat bu Mirna masih terus bergoyang dengan sekali-kali diangkat, sehinggga membuat kontolku terasa sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan istri.

“ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu………”, nggak percuma aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih berpengalaman…seperti bu Mirna yang memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam hati.

“Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan”

“sebentar dik Amar, bareng sama ibu…”, kata bu Mirna sambil terus menggoyang pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah…. “ahhhhh…..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga mau keluar……..”.

“ya bu aku juga…….ahhhhhhhhh………”,

Ibu Mirna mengejang dan terasa lendir membahasi memeknya.

“terus goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh”, aku menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Mirna secara kuat, akhirnya kami tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak kedua.

Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari, maka dua hari kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin, itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri tidak menyangka akan mendapat sensasi kenikmatan yang luar biasa dengan mengentot wanita usia 35 – 42 tahunan, sehingga penis saya yang normal ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut terulang, tapi karena tempat bu Mirna yang jauh dan untuk jajan rasanya takut, terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita setengah baya yang menggairahkan.
huft. .. .

Thursday, November 4, 2010

Kenangan Proyek Villa

<<< gerakan bisnis eksekskutif kreatif indonesia >>>

Siang itu udara cukup cerah, aku berangkat untuk interview pekerjaan yang aku harus datangi. Dengan menggunakan blazer warna krem aku menuju kantor yang terletak di daerah kuningan tersebut. Sesampainya di sana aku diterima oleh bagian front office untuk menunggu di waiting room. Tak berapa lama orang front office menyapanya dan mengantarkannya menuju ruangan interview.

“Silahkan masuk, ibu telah ditunggu oleh Pak Budi di ruangannya.“
“Terima kasih.“ jawabku.

Ruangan pak Budi cukup luas sekitar 5×4 m di dalamnya ada sofa dan meja kerja serta cabinet berisi file-file penting dari perusahaannya.

“ Selamat siang Pak”
“Iya,selamat siang, ini ibu Siska? Silahkan duduk”

Selanjutnya aku duduk di sofa ruangan tersebut, suasana interview di ruangan itu santai tapi serius, aku dimendapatkan banyak pertanyaan mengenai proyek yang rencananya akan Pak Budi berikan kepadaku.

“Sudah berapa lama anda bekerja di dunia interior design ini?”
“Dua tahun Pak, pada bulan depan”
”Ok, bu Siska ini ada proyek tentang villa di daerah Puncak, Apakah ibu bersedia untuk mengerjakan sebuah villa di sana yang akan di mulai minggu depan?”

Aku berpikir sejenak dan sedikit gembira telah diberikan kepercayaan oleh Pak Budi untuk mengerjakan villa di daerah Puncak.

”Oke Pak jika itu adalah tanggung jawab saya. Selanjutnya pekerjaan itu kami kerjakan dalam seminggu tentang perencanaan hingga keseluruhan keperluan yang akan dikerjakan tentang proyek tersebut.”

Aku mulai bekerja dan harus ke Puncak untuk melihat secara langsung pekerjaan di lapangannya. Untuk itu perusahaan menyediakan sebuah rumah untuk aku tinggali sementara selama di Puncak. Rumah tersebut cukup untuk aku tinggali, terdiri dari 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi serta perabotan rumah lengkap. Perusahan menyewa untuk aku gunakan tempat tinggal. Saat aku bersih-bersih di gudang, tak sengaja aku menemukan sebuah kotak cd poket yang mungkin milik penghuninya.

“Wah kebetulan nih ada cd music”

Aku ambil sebuah cd yang ada judulnya Sweety. Setelah aku masukkan ke komputerku, ternyata bukan cd music melainkan sebuah vcd film. Aku menikmati film tersebut yang awalnya bercerita tentang film percintaan remaja, namun tiba-tiba gambar yang tampak adalah gambar orang sedang bercinta, dug. Tiba-tiba ada hasrat yang mulai mengalir di tubuhku, rasanya aneh banget, panas dingin, badanku menggelinjang menyaksikan adegan yang ada di film itu, hingga tak terasa sudah hampir 45 menit aku berada di belakang komputer. Dan tidak tahu kalo dari tadi Pak Budi menunggu di belakangku dan ikut menyaksikan film tadi.

“Sudah selesai filmnya bu?” Aku kaget bukan kepalang.
“Oh,Pak Budi? Kapan bapak datang?”
“Sekitar 10 menit lalu, saya ketuk-ketuk pintu ibu gak kedengaran, jadi saya langsung masuk, karena melihat ibu di dalam , maafkan kelancangan saya”
“Oh, ga apa-apa pak” ada yang bisa saya Bantu Pak?”
“Santai aja bu, jangan grogi, saya cuman mampir kebetulan saya habis dari proyek, kok di lantai 3 ada yang perlu dirubah”
Aku ga sadar kalo selama menonton film tadi, cuman menggunakan kimono, karena kebiasaan di rumah pakai kimono.

”Pak, maafkan saya”
“Gpp Bu, apa mo dipraktekin bu” goda pak Budi, lantas aku cubit pinggangnya.
”Ah, bapak nakal” Pak Budi pegangin tangan aku dan mengangkatku ke dalam kamarku. Aku meronta-ronta.
“Turunin saya pak?” Dia tidak mempeduliakan rontaanku dan malah melumat mulutku dengan bibirnya, aku merasa menggelinjang
merasakan sensasi yang luar biasa, tangannya memainkan payudaraku sehingga semakin membuatku terangsang.

“Aah..ahh…” aku mengerang nikmat. Pelan-pelan dia buka piyamaku dan tinggal bra dan cdku yang ada di tubuhku.
“Tubuh kamu bagus “
“Trims pak” dia mainkan ujung lidahnya ke payudaraku, rasanya nikmat sekali dan tangannya merangsang vaginaku.

“Aahhhh… ah…” aku menggelinjang keenakan. Selanjutnya dia meremas-remas putingku semakin lama semakin mengeras..
“Aaahh…” dibukanya bra dan cdku tanpa aku sadari, dan aku telanjang bulat. Dia menurunkan kepalanya dan menjilati seluruh
tubuhku dan saat dekat dengan vaginaku, dia jilati, tangannya dimasukkan ke vaginaku dan memainkan klitorisku. Aku remas-remas kepalanya karena tidak kuat menahan birahi.

“Aaakkhhhh…”
Selanjutnya dia berdiri dan aku buka celananya, ketika aku buka cdnya, keluarlah adiknya yang begitu besar untuk ukuran orang rata-rata. Aku pilin-pilin pelan-pelan dan dia merasakan nikmat juga, selanjutnya aku mulai kulum.

“Aahhhh…aaahhh…” dia menikmati kulumanku.
“Belajar darimana ibu…?”
Sambil memainkan buah pelirnya dan mengocok kocok penisnya aku jawab..
“Dari film pak.”
“Apa ibu sudah pernah ML sebelumnya”.
“Belum pak baru kali ini”.
Selanjutnya aku kulumin penisnya sampai ke pangkalnya, rasanya dahsyat sekali, dia mengerang kenikmatan dan ujung penisnya mengenai ujung kerongkonganku hingga aku agak kesulitan bernapas..

Selanjutnya dia minta persetujuanku untuk melakukan petting, dan aku mengiyakannya, digesek-gesekan ujung penisnya ke vaginaku, ahhh sensasinya begitu nikmat dan dia menggesek-gesekan terus lalu mencoba melakukan penetrasi ke dalam, awalnya ujung penisnya begitu kesulitan menembus vaginaku.

“Aahh…” aku meronta..
“Jangan Pak…” aku mencoba mendorong tubuhnya.

Tapi dia mencoba terus dan aaaaaaaaaaaahhhh…
Akhirnya masuk juga ke dalam vaginaku, ada sedikit rasa perih dan selanjutnya jadi nikmat..

Sambil naik turun dia memompa diriku, dan selanjutnya ganti posisi aku angkat satu kaki dan dia masukin dari samping. Aaaahhh.. kenikmatan luar biasa merambat keseluruh tubuhku, peluh bercampuran meleleh ditubuh kami.

Dan aku berinisiatif melakukan woman on the top sambil membelakangi dia, aku masukin penisnya dari belakang pantatku dan sensasinya luar biasa.

“Aaaahhhhh… aaaahhhh…,” dilanjutkan doggy style sambil sedikit meremas remas payudaraku dan menjilati leher dan telingaku, selanjutnya kita melakukan 69 style dimana aku kulum dia dan dia jilati vaginaku sambil berdiri.

Terakhir kami melakukan sambil berdiri dengan kaki sedikit diangkat dan dimasukkan dari depan, badanku bepeluh dan aku merasakan orgasme yang begitu dahsyat, tubuh rasanya seperti kesetrum semua dan cairanku keluar membasahi selakanganku aaahhh semakin licin rasanya waktu aku dipompanya dan tiba-tiba kami mengejang besama-sama aaaaaaahhhhhhh… cairanku dan cairannya sama-sama keluar dan kita orgasme bersama-sama.

Kami sama-sama terpuaskan saat itu dan setiap kali aku dan Pak Sonni melakukan dimanapun jika ada waktu luang. Aku tidak khawatir hamil karena dia sudah vasektomi sehingga tidak mungkin hamil. Hari-hariku terus bersamanya, kadang aku gak enak sama istrinya, tapi istrinya baik banget jadi segan sendiri aku.

Aku Setubuhi Temanku di Sungai

<<< gerakan bisnis eksekskutif kreatif indonesia >>>

Kumpulan Cerita Dewasa kali ini akan mengisahkan cerita lesbian sejenis yang saling bercumbu di sebuah sungai. Setelah percumbuanku dengan tante Layla dan tante Dewi, aku ingin melakukannya lagi. Aku berharap kedua tante tersebut datang lagi ke rumahku pada saat sepi. Harapanku tinggal harapan sampai pada pertengahan bulan Mei tahun 2000 lalu aku melakukannya lagi, meskipun bukan dengan tante Layla dan tante Dewi. Aku melakukannya lagi dengan temanku sendiri yang bernama Chintya.

Saat itu aku, Chintya dan beberapa teman yang lain mengadakan kegiatan camping di sebuah lereng gunung. Setelah mendirikan tenda, aku dan Chintya mencari air sekalian mandi di sungai yang berada beberapa meter ke bawah dari tempat camping itu. Kami berdua sama-sama memakai celana jeans dan kaos oblong putih sambil berkalungkan handuk.

Aku ingat lagi ketika Chintya terjatuh masuk ke air. Pakaiannya basah sehingga bagian dalam tubuhnya kelihatan. Dia memakai BH hitam. Aku terangsang dengan keadaannya. Aku lalu menolongnya dan pura-pura terjatuh tepat di hadapannya. Dia lalu mencipratkan air ke tubuhku. Kuajak dia mandi sekalian dan diapun mau. Dia lalu naik ke atas batu dan melepas kaos dan celananya. Kemudian dia duduk bersimpuh dan mengambil sabun yang ada di saku celananya. Posisiku waktu itu berada di belakangnya. Aku semakin terangsang melihatnya hanya memakai pakaian dalam sedang menyabuni tubuhnya.


Aku cepat-cepat melepas pakaianku dan kusisakan CD-ku, kuhampiri dia dan dari belakang aku melepas BH-nya. Dia tidak menolak ketika tanganku mengambil sabun dari tangannya. Aku lalu menyabuni kedua payudaranya yang sama besar dengan punyaku dari belakang sambil meremasnya. Dia membalikkan tubuhnya. Aku jadi leluasa menyabuni tubuhnya. Rupanya dia merasa aku tidak adil. Ketika aku meremas payudara kirinya dia mengambil busa sabun yang ada di payudara kanannya kemudian diusapnya kedua payudaraku. Aku memotong sabun itu dan kuberikan potongannya ke Chintya. Sekarang kami saling menyabuni kedua payudara. Kuberanikan diri mencium bibirnya. Dia membalasnya dengan lembut.

Perlahan-lahan sambil kucium, dia kurebahkan di atas batu dan kuratakan sabunnya ke seluruh tubuhnya bagian atas sampai busanya hilang. Demikian juga dengan apa yang dilakukan pada tubuhku. Sekarang tubuh kami berdua sudah kering dari busa dan kutindih dia sehingga kedua payudara kami saling menempel. Kami terguling dan posisi Chintya sekarang di atasku. Dia lalu berdiri dan cepat-cepat aku dari belakang memeluknya. Aku mendesah ketika kedua payudaraku menempel di punggungnya. Tanganku meremas kedua payudaranya dan turun ke bawah masuk ke dalam CD-nya. Tetapi dia kurang suka dengan sikapku ini sehingga dia menarik tanganku kembali dan melepaskan diri dari pelukanku.

Dia kemudian turun ke air dan kuikuti dia. Kuajak dia melanjutkan permainan yang tertunda di dalam air. Dia tidak mau dan mendorongku. Aku tidak memaksanya. Ketika dia mandi aku juga mandi. Sendiri-sendiri. Malamnya, dia tidur berdua setenda denganku. Kebetulan malam itu dinginnya sampai ke tulang. Meskipun kami sudah memakai pakaian hangat plus berselimutan. Ketika itu kami tidur saling berhadapan.

Aku terbangun dan pikiran gilaku muncul lagi. Kusingkirkan selimut. Kemudian perlahan-lahan kuturunkan retsliting jaketnya. Aku kaget dia ternyata hanya memakai BH di dalamnya. Dia rupanya terbangun juga dan tidak menolak ketika kulepas jaketnya. Bahkan dia melepas jaketku sehingga kedua payudaraku yang tadi kututupi jaket sekarang sudah telanjang. Dia melentangkanku dan dihisapnya kedua payudaraku bergantian. Aku merasakan kehangatan. Mulutnya kemudian naik dan mencium bibirku sambil dia melepas BH-nya. Aku lalu meremas kedua payudaranya begitu juga dengannya. Kemudian di tidur di atasku dan berpelukan.

Kami bergulingan ke atas ke bawah sampai kami tidak merasakan kedinginan lagi bahkan berkeringat. Vaginaku mulai basah sehingga ketika dia di bawahku aku lalu duduk dan melepas retsliting celananya. Dia mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh dan langsung dipeluknya sambil dia berkata bahwa dia tidak mau bertindak lebih jauh lagi. Aku memakluminya dan kami akhirnya tidur berpelukan sampai pagi dan tidak merasakan dingin lagi. Keesokan harinya rombongan kami pulang kembali ke kota.

Beberapa hari kemudian, aku yang tidak dapat menahan nafsu untuk bercumbu lagi datang ke tempat kostnya. Kulihat di balik kaos putih tipisnya dia tidak mengenakan BH. Kutanya kenapa dia tidak memakai BH. Dia menjawab bahwa BH-nya basah semua. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku duduk mendekatinya dan kuremas kedua payudaranya. Dia mendesah yang kusambut dengan ciuman di bibirnya. Dia mendorongku dan memintaku untuk tidak kurang ajar. Aku takut dia akan menjerit dan terdengar dari luar kamar kostnya. Tapi dia kelihatanya juga kasihan padaku. Sambil dia melepas kaosnya dia mengijinkanku mencumbunya untuk yang terakhir kalinya.

Dia lalu tidur dan aku mulai melepas seluruh pakaianku. Ketika aku ingin melepas CD, dia melarangnya. Aku turuti larangannya. Kemudian kucium bibirnya sambil kuremas kedua payudaranya. Dia juga meremas kedua payudaraku dan salah satu tangannya kemudian turun ke bawah ke pantatku dan diremasnya pantatku. Aku disuruhnya berdiri dan dia dari belakang memelukku dan tangan kirinya meremas kedua payudaraku bergantian sedangkan tangan kanannya masuk ke CD-ku. Jarinya masuk ke vaginaku yang sudah basah serta mengocok vaginaku perlahan-lahan.

Dia kemudian berlutut di hadapanku dan melepas CD-ku. Dijilatinya vaginaku yang sudah basah. Salah satu tanganku menekan kepalanya dan tanganku yang satunya lagi meremas kedua payudaraku sendiri bergantian. Aku mendesah berkali-kali ketika jarinya mengocok vaginaku sambil dijilatinya cairan yang keluar dari vaginaku. Mulutnya kemudian naik ke atas dan menghisap kedua payudaraku sedangkan kedua tangannya melepas CD-nya sendiri.

Setelah itu mulutnya naik ke atas lagi dan mencium bibirku yang juga kubalas dengan jilatan lidah. Sedangkan kedua vagina kami yang basah saling menempel. Tangannya menekan pantatku sehingga kami berpelukan sambil berciuman, berjilat-jilatan, kedua payudara dan vagina saling menempel ditambah dengan jarinya yang keluar masuk ke pantatku yang kubalas dengan jariku yang juga keluar masuk ke pantatnya. Aku tidak mengira Chintya akan sejauh ini. Aku menikmatinya sampai beberapa menit sampai kami terkulai lemas.

Demikian pengalamanku bercumbu dengan Chintya meskipun kemudian dia tidak mau lagi bercumbu denganku. Dia katanya mau hidup normal dan hanya menganggapku sebagai teman

Popular Posts